Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aturan CBAM Bikin Pengusaha Sulit Lepas dari Aturan Ketat Emisi

Kompas.com - 07/11/2023, 14:59 WIB
Kiki Safitri,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik mengungkapkan, hampir seluruh negara sudah menerapkan mekanisme nilai ekonomi karbon.

Dia mengatakan, saat ini kisaran harga unit karbon di dunia adalah 50 dollar AS, dimana harga yang paling rendah ada di Polandia, dan yang paling tinggi ada di Uruguay. 

“Di Indonesia, harga terakhir unit karbon adalah sekitar 4,5 dollar AS, dan menurut high-level commission on carbon prices di sepakati harga wajarnya harusnya adalah di harga 61 dollar AS sampai dengan 122 dollar AS. Indonesia saat ini 4,5 dollar AS,” kata Jeffrey di Jakarta, Selasa (7/11/2023).

Baca juga: Perusahaan Sawit di Papua Laksanakan Upaya Nol Emisi Karbon

Ilustrasi emisi karbon. SHUTTERSTOCK/MIHA CREATIVE Ilustrasi emisi karbon.

Jeffrey mengungkapkan, saat ini sulit bagi para pengusaha untuk lepas dari penerapan aturan ketat tentang emisi.

Adanya Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) yang saat ini diterapkan di kawasan Uni Eropa akan memperhitungkan jejak karbon dari para supplier yang masuk ke kawasan tersebut.

“Sebagai pelaku usaha memang selalu kreatif, untuk mencoba menghindar dari satu negara yang menerapkan peraturan yang ketat tentang emisi, mereka akan melalukan di negara lain yang lebih longgar dalam penerapan emisinya, tidak lama lagi kegiatan seperti itu tidak bisa dilakukan karena saat ini sudah ada CBAM yang saat ini diterapkan di kawasan Uni Eropa,” ungkap dia.

“Artinya, nanti impor yang masuk ke Uni Eropa akan memperhitungkan jejak karbon, dari para supplier global yang mau masuk ke kawasan Uni Eropa. Informasi yang kami dapat, Kanada dan juga Inggris akan segera menerapkan mekanisme yang sama, untuk memastikan kalau seluruh pelaku usaha global itu menerapkan standar yang sama,” tambah dia.

Baca juga: Sucofindo Layani Jasa Perhitungan Karbon untuk Perusahaan Luar Negeri

Jeffrey mengungkapkan, kinerja bursa karbon di Indonesia hanya perlu waktu 8 bulan, sejak peraturan keluar sampai dengan efektifnya bursa karbon, yang mana hal ini lebih cepat jika dibandingkan dengan negara tetangga.

“Sampai dengan pertengahan Oktober atau 10 hari bursa sejak bursa karbon Idonesia diluncurkan, volume transaksi dalam 10 hari di bursa karbon Indonesia adalah 3 kali lipat dari apa yang dicapai bursa karbon tetangga selama kurun waktu 10 bulan. Ini memberikan optimisme bagi kita , kami ingin lebih banyak lagi perusahaan tercatat untuk berpartisipasi dan memanfaatkan bursa karbon Indonesia untuk strategi menghindari apa yang kita diskusikan tadi,” ungkapnya.

Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan, BEI mencatat total volume perdagangan karbon mencapai 464.000 ton CO2 dengan nilai perdagangan ini mencapai lebih dari Rp 29 miliar.

Sejak diluncurkan pada 26 September 2023, unit perdagangan karbon telah mencatat lebih dari 1,7 ton setara CO2 dari dua proyek milik Pertamina dan anak usahanya.

Baca juga: OJK Sebut Potensi Bursa Karbon Sangat Besar

“Kelas aset terbaru unit karbon, setelah peluncuran pada 26 September 2023 hingga akhir Oktober, total unit karbon tercatat lebih dari 1,7 ton CO2 ekuivalen dari 2 proyek tercatat, milik Pertamina, dan anak usaha PLN dengan total volume perdagangan mencapai lebih dari 464.000 ton CO2 ekuivalen senilai Rp 29 miliar,” kata Iman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com