Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Jadi Tulang Punggung Perekonomian, UKM Didorong Kemenkeu Tembus Pasar Ekspor

Kompas.com - 09/11/2023, 08:57 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

Pada 2024, program tersebut akan dilanjutkan dan diharapkan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.

Program PKE UKM dapat membantu mengatasi hambatan permodalan yang kerap menjadi hambatan utama UKM sehingga dirancang khusus untuk mendukung UKM berorientasi ekspor.

Oleh karenanya, para pelaku UKM diharapkan dapat terus memiliki daya saing pada pasar internasional dan menjadi bagian dari rantai pasok global (global value chain).

Kisah sukses pelaku UKM berorientasi ekspor

Salah satu pelaku UKM berorientasi ekspor yang merasakan manfaat PKE UKM hingga berhasil masuk ke pasar ekspor adalah Astin Atsna, pemilik CV Hugo Inovasi. 

Baca juga: Kemenkeu Janji Bayar Utang Rp 16,7 Triliun ke Pupuk Indonesia di Akhir 2023

Berawal dari pengusaha konstruksi, Astin kini beralih menjadi eksportir gula kelapa. Ia memutuskan untuk merintis bisnis di bidang produksi kelapa organik pada tahun 2019.

Pengalaman Astin di industri gula kelapa dimulai sejak 2012 ketika dia memberikan pendampingan kepada para petani gula kelapa lokal. 

Kemudian, Astin mengembangkan kompetensi para petani gula kelapa agar dapat meningkatkan produksi dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan para petani.

Seiring berjalannya waktu, Astin melihat peluang bisnis yang lebih baik. Dia menyadari bahwa gula kelapa tidak hanya dapat memenuhi pasar lokal, tetapi juga berpotensi menembus pasar ekspor. 

Baca juga: Kemenkeu Pastikan PNBP 2024 Digunakan untuk Jaga Kelestarian Lingkungan

Dari pengalaman pendampingan tersebut, Astin akhirnya mendirikan CV Hugo Inovasi pada 2019 dengan tujuan melakukan ekspor perdana.

“Saat ini, kami melakukan pendampingan kepada sekitar 1.000 petani binaan, memberikan dukungan berupa pelatihan, penyediaan alat-alat produksi, dengan harapan petani dapat diversifikasi produk, meningkatkan kuantitas dan kualitas produk,” katanya.

Pendampingan yang dilakukan Astin pun memberikan hasil yang sangat positif. 

Petani yang tadinya hanya menghasilkan barang mentah berupa nira, kini mampu menghasilkan produk bernilai tambah, seperti gula cetak, gula cair, dan gula kristal.

Untuk dapat sukses menembus pasar ekspor, Astin selalu memperhatikan kualitas produknya. 

Dia telah membangun sistem quality control yang bertugas untuk menjaga kualitas produk.

Baca juga: Kemenkeu Paparkan Arah Kebijakan 2024, dari Dana Desa hingga Otsus 

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com