Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jawaban Anies, Prabowo, dan Ganjar Ketika Ditanya Cara Naikkan "Tax Ratio"

Kompas.com - 15/01/2024, 07:43 WIB
Rully R. Ramli,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaku usaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mempertanyakan strategi untuk mendongkrak rasio pajak terhadap produk domestik bruto (PDB) atau tax ratio kepada para calon presiden (capres) 2024-2029.

Kadin Indonesia menilai, tax ratio Indonesia bergerak stagnan dan sudah tertinggal dari negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), tax ratio Indonesia sebesar 10,21 persen pada 2023, turun dari tahun sebelumnya sebesar 10,39 persen.

Baca juga: Tax Ratio RI Turun Jadi 10,21 Persen pada 2023, Ini Penyebabnya

Anies Baswedan dalam sambutannya saat menghadiri Hari Ulang Tahun (Haul) ke-45 Kiai Haji (KH) M Bisri Syansuri, Nyai Hajah (Hj) Nur Khodijah Hasbullah ke-71, Masyayikh dan Dzuriyat, serta peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-109 Pondok Pesantren (Ponpes) Mamba'ul Ma'arif Denanyar di Jombang, Jawa Timur (Jatim), Jumat (12/1/2024).DOK. Istimewa Anies Baswedan dalam sambutannya saat menghadiri Hari Ulang Tahun (Haul) ke-45 Kiai Haji (KH) M Bisri Syansuri, Nyai Hajah (Hj) Nur Khodijah Hasbullah ke-71, Masyayikh dan Dzuriyat, serta peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-109 Pondok Pesantren (Ponpes) Mamba'ul Ma'arif Denanyar di Jombang, Jawa Timur (Jatim), Jumat (12/1/2024).

Lantas, bagaimana jawaban dari setiap capres ketika ditanya strategi mengerek tax ratio?

Anies Baswedan

Capres nomor urut 1, Anies Baswedan, mengatakan, dirinya menargetkan dapat mengerek tax ratio sebesar 13 hingga 16 persen pada 2029, dengan sejumlah strategi ekstensifikasi dan intensifikasi.

"Saya rasa (target) ini lebih realistis dari yang dibahas di debat kemarin. Ini kita coba yang realistis," ujar dia dalam gelaran Debat Capres Bersama Kadin Indonesia, dikutip pada Senin (15/1/2024).

Anies menjelaskan, langkah pertama yang akan dilakukan ialah melalui reformasi kelembagaan penerimaan negara, dengan membentuk Badan Penerimaan Negara (BPN) yang berada di bawah presiden langsung.

Baca juga: Tax Ratio Indonesia Ada di Bawah Rata-rata Negara Asia Pasifik

BPN nantinya akan dipisahkan dari Kementerian Keuangan yang akan berfokus dalam melakukan perbendaharaan negara.

"Ini dua hal yang berbeda, treasury dikelola tersendiri, penerimaan tersendiri," kata dia.

Ilustrasi pajak. Shutterstock/Enciktepstudio Ilustrasi pajak.

Kemudian, mantan Gubernur DKI Jakarta itu berencana melakukan modernisasi sistem digital pajak, dengan tujuan meminimalisasi intervensi pribadi ke dalam sistem perpajakan sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas.

"Semuanya akan mendapatkan perlakuan yang sama," ujarnya.

Baca juga: UU HPP Disahkan, Pengamat Dorong Perluasan Basis Pajak dan Dongkrak Tax Ratio

Terakhir, Anies berencana melakukan perluasan basis pajak dengan melakukan fiscal cadaster, atau sensus ulang terhadap lahan dan bangunan serta potensi pajak dari objek tersebut.

"Dengan melakukan fiscal cadaster akan ketahuan, mana yang sesungguhnya terlewat," kata dia.

Fiscal cadaster pernah dijalankan Anies ketika memimpin DKI Jakarta, di mana pada saat itu Badan Pajak dan Retribusi Daerah (BPRD) mengerahkan orang untuk mendata kembali objek pajak di Ibu Kota.

"Sehingga kita punya data terbaru tentang kegiatan perekonomian yang ada di situ, bangunan yang mungkin ada di situ yang mungkin terlewatkan," ucapnya.

Baca juga: Pemerintah Dinilai Perlu Memperluas Tax Base dan Tax Ratio

Prabowo Subianto

Sementara itu, capres nomor urut 2 Prabowo Subianto mengaku bingung tax ratio Indonesia bisa lebih rendah dari negara tetangga seperti Vietnam, Thailand, bahkan Kamboja.

"Apa kita lebih bodoh? Atau apa masalahnya. Jadi if the can do it, we must also do it," katanya.

Menteri Pertahanan itu menekankan, perbaikan rasio pajak dapat dilakukan lewat kehendak atau political will untuk mengerek tax ratio lewat optimalisasi penerimaan negara.

Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto usai acara dialog capres bersama Kamar Dagang Indonesia (Kadin) di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Jumat (12/1/2024).KOMPAS.com/NIRMALA MAULANA A Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto usai acara dialog capres bersama Kamar Dagang Indonesia (Kadin) di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Jumat (12/1/2024).
Salah satu strategi utama yang disiapkan Prabowo untuk mengoptimalisasi penerimaan negara ialah memisahkan badan penerimaan tersendiri dengan Kementerian Keuangan, sehingga masing-masing instansi dapat lebih optimal dalam menjalankan fungsinya.

Baca juga: Tingkatkan Tax Ratio, Menkeu Ingin Bayar Pajak Lebih Mudah dari Beli Pulsa

"Kita mau pisahkan badan penerimaan tersendiri supaya lebih efisien," ujarnya.

Pada saat bersamaan, Prabowo berencana memperluas basis pajak, sehingga pemerintah tidak hanya fokus menarik pajak dari wajib pajak yang memang sudah terdaftar dan taat melakukan pembayaran.

"Itu namanya yang sering disebut berburu di kebun binatang, itu tidak ada tantangan. Dan di ujungnya pengalaman banyak negara itu justru akan menimbulkan penggelapan pajak," tutur dia.

Terakhir, ia berupaya untuk meningkatkan akuntabilitas, sehingga dapat meminimalisir "kebocoran" setoran penerimaan negara dari para wajib pajak.

Baca juga: Prabowo Ingin Tax Ratio Jadi 16 Persen, Jokowi Sebut Bakal Shock Ekonomi

"Sasaran kita, (tax ratio) kita harus naik dari 12 persen, harus naik 5 persen atau 6 persen," ucapnya.

Ganjar Pranowo

Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo menyebutkan, upaya mendongkrak tax ratio dapat dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pajak.

Ganjar menekankan, intensifikasi dan ekstensifikasi bukan merupakan upaya pemerintah untuk memeras pelaku usaha atau wajib pajak dalam rangka mendongkrak penerimaan negara.

Mantan Gubernur Jawa Tengah itu bilang, dirinya sudah mendapatkan data-data terkait kinerja perpajakan Tanah Air dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan, dan membahasnya bersama para pihak terkait.

Baca juga: Tax Ratio Rendah, Bisa Jadi Ini Penyebabnya

Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo (tengah berpeci) ditemui di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (13/1/2024).KOMPAS.com/NICHOLAS RYAN ADITYA Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo (tengah berpeci) ditemui di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (13/1/2024).
"Kami komunikasi dengan kawan-kawan saya di Kemenkeu DJP dan saya komunikasikan dengan pengusaha," ujar dia.

Dari data tersebut, Ganjar bilang, dirinya mengetahui "celah-celah" yang dapat dioptimalkan untuk mengerek pendapatan negara, sehingga tidak mengorbankan wajib pajak yang telah taat membayar kewajibannya.

"Ekstensifikasi dan intensifikasi by data agar ada special treatment pada masing-masing klaster," katanya.

Pada saat bersamaan, Ganjar berencana melanjutkan upaya pembenahan terhadap lembaga penerimaan negara, seperti DJP, yang pada tahun lalu sempat diterpa sejumlah kasus terhadap sejumlah pegawainya.

Baca juga: Kejar Tax Ratio 16 Persen, Penerimaan Negara Harus Tambah Rp 40 Triliun

"Cerita yang enggak enak itu, distrust itu. Ini mesti dibereskan," ucap Ganjar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com