Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Susu Impor dan Nasib Peternak Sapi Perah Rakyat yang Merana

Kompas.com - Diperbarui 24/01/2024, 19:15 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Agus bahkan berani menyebut, kalau Indonesia adalah negara dengan konsumsi susu skim per kapitanya paling tinggi di seluruh dunia.

"Anda bisa cari datanya di internet, konsumsi susu UHT skim per kapita, dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia adalah yang terbesar," ucap Agus.

Baca juga: Mengapa Iklan Susu Formula Sangat Dibatasi?

Peternak susu lokal tidak dilindungi

Agus melanjutkan, selain masalah membanjirnya susu skim impor, peternak lokal dibiarkan bersaing secara bebas dengan importir susu. 

"Tidak ada proteksi sama sekali, peternak rakyat dibiarkan di pasar yang sangat liberal ini. Brutal sekali persaingannya," tambah dia.

Padahal susu skim secara kualitas jauh di bawah susu sapi segar karena sudah melalui berbagai macam proses pemanasan (ultra proses).

Banjir susu impor tentunya berimbas pada harga jual susu dari sapi perah lokal. Banyak peternak sebenarnya merugi memelihara sapi perah. Jika itu bukan karena pekerjaan sampingan, sudah pasti memelihara sapi perah akan ditinggalkan peternak.

Ia bercerita, harga susu sapi segar dari peternak rakyat saat ini hanya di kisaran Rp 7.000 per liter, di mana harga yang ideal sebenarnya adalah setidaknya Rp 9.000 per liter.

"Peternak sapi perah rata-rata sudah tua, kalau menguntungkan, tidak perlu disuruh-suruh, pasti banyak anak muda yang mau terjun ke usaha sapi perah. Kalau ini tidak dibenahi, 25 tahun lagi, sudah habis itu peternak sapi rakyat," ucap dia.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mencatat, populasi nasional sapi perah 2020 berjumlah 584.582 ekor, sementara pada 2022, menurut data BPS, mencapai 592.897 ekor. Jumlah ini relatif stagnan dari tahun ke tahun.

Baca juga: Prabowo Mau Gratiskan Makan Siang dan Susu Anak Sekolah Bila Terpilih

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com