Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER MONEY] Mahfud MD Ingin Mundur, Bahlil: Bisa Dibicarakan Baik-baik | Deretan "Food Estate" yang Dianggap Gagal di Indonesia

Kompas.com - 25/01/2024, 05:30 WIB
Aprillia Ika

Penulis

1. Mahfud MD Ingin Mundur dari Menteri Jokowi, Bahlil: Mungkin Bisa Dibicarakan Baik-baik...

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, Mahfud MD memiliki hak apabila ingin mundur sebagai Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan keamanan (Menko Polhukam) dalam kabinet Indonesia Maju.

Hal tersebut disampaikam Bahlil saat merespons pertanyaan wartawan terkait isu Mahfud MD akan mundur sebagai Menko Polhukam di kantor Kementerian Investasi, Jakarta, Rabu (24/1/2024).

"Kalau pun itu (Isu Mahfud MD mundur) andaikan ada, itu hak Pak Mahfud," kata Bahlil.

Bahlil mengaku belum mendapatkan informasi langsung dari kabinet terkait rencana Mahfud MD mengundurkan diri.

Meski demikian, menurut dia, rencana Mahfud mundur dari kabinet mestinya dapat dibicarakan dengan baik-baik.

"Mungkin bisa dibicarakan baik-baik dan saya yakin Pak Mahfud orang hebat," ujarnya.

Selengkapnya klik di sini.

2. Soal Tom Lembong Kasih Contekan ke Jokowi, Luhut: Anda Jangan Geer...

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan angkat suara terkait pengakuan Thomas Trikasih Lembong bahwa dirinya memberikan contekan pidato kepada Presiden Joko Widodo.

Luhut menyebutkan bahwa, sosok yang paling banyak memberikan contekan ke Presiden Jokowi bukanlah pria yang kerap disapa Tom Lembong tersebut, melainkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

"Anda jangan geer juga bilang kasih note kepada ayahnya Mas Gibran (Presiden Jokowi), memang hanya Tom Lembong saja? Yang paling banyak kasih note kepada Pak Presiden adalah Bu Menlu Bu Retno," ucap Luhut dalam unggahannya di Instagram @luhut.pandjaitan, Rabu (24/1/2024).

Dia mengungkapkan, memberikan catatan atau contekan kepada atasan atau pimpinan merupakan hal yang lazim dilakukan pada pemerintahan negara manapun.

Terlebih, pemberian catatan dari Tom Lembong kepada Presiden Jokowi dilakukan ketika Tom sedang menjabat menjadi Menteri Perdagangan pada Agustus 2015-Juli 2016 dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada Juli 2016-Oktober 2019.

Selengkapnya klik di sini.

3. Cak Imin Sebut Hilirisasi Ugal-ugalan, Luhut: Saya Pengen Undang ke Morowali, "Seeing is Believing"

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan merespons penyataan calon wakil presiden (Cawapes) nomor urut 1 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin yang menyebutkan hilirisasi sumber daya alam (SDA) dilakukan dengan ugal-ugalan.

Luhut mengatakan, dirinya ingin mengundang Cak Imin untuk melihat dampak ekonomi dari hilirisasi SDA di Weda Bay, Maluku Utara dan Morowali, Sulawesi Tengah.

"Saya pengen sebenarnya mengundang Muhaimin (Cawapres nomor urut 1) berkunjung ke Weda Bay, ke Morowali lihat sendiri, seeing is believing, gitu," kata Luhut melalui akun resmi Instagramnya @luhut.pandjaitan, Rabu (24/1/2024).

Luhut mengatakan, Cak Imin tak perlu memberikan informasi yang tidak tepat untuk mencapai suatu posisi.

"Menurut saya itu bukan satu karakter yang bagus untuk mencapai sesuatu posisi, anda membohongi publik dengan memberikan informasi seperti tadi," ujarnya.

Selengkapnya klik di sini.

4. Deretan "Food Estate" yang Dianggap Gagal di Indonesia

Program Food Estate menjadi topik pembicaraan yang panas dalam debat calon wakil presiden (cawapres) kedua yang diselenggarakan Minggu (21/1/2024).

Food Estate adalah usaha pemerintah mengembangkan pertanian, perkebunan, juga peternakan untuk menghasilkan pangan.

Dalam progran tersebut, tanaman pangan, penunjang pangan, juga hewan ternak diproduksi, disediakan pasarnya, dibantu proses produksinya seperti ketersediaan bibit, pupuk, dan obat-obatan.

Research Associate CORE Indonesia sekaligus Guru besar IPB Dwi Andreas Santosa menyebutkan ada beberapa program Food Estate yang dinilai gagal di Indonesia.

1. Proyek Lahan Gambut 1 juta hektare (1996)

Ia mengatakan, pada 1996 Indonesia memiliki program Food Estate seluas 1,4 juta hektar di Kalimantan bernama Proyek Lahan Gambut. Saat itu ia adalah bagian dari tim analisis risiko lingkungan untuk proyek tersebut.

Food Estate ini mendatangkan 15.000 pekerja transmigran pada 1998 untuk menggarap lahan seluas 30.000 hektar.

"Lalu kemudian di tahun 1999, dibatalkan proyek tersebut oleh Badan Perencanaan Nasional," ujar dia dalam CORE Economic Outlook Sectoral 2024, Selasa (23/1/2024).

Ia menceritakan, waktu itu, proyek Food Estate ini menelan anggaran pemerintah Rp 6 triliun. Sedikit catatan, pada 2015 lahan gambut bekas Food Estate ini menjadi pusat kebakaran hutan dan lahan terbesar di Indonesia dengan 125 titik.

Selengkapnya klik di sini.

5. Terima "Surat Peringatan Pajak" lewat WhatsApp, Hati-hati Penipuan!

Memasuki periode lapor surat pemberitahuan tahunan atau SPT tahunan, wajib pajak (WP) diimbau untuk lebih berhati-hati. Sebab, masih beredar modus penipuan yang mengatasnamakan Ditjen Pajak Kemenkeu.

Ditjen Pajak menyatakan, saat ini beredar penipuan dengan modus mengirimkan surat peringatan terkait penyampaian SPT tahunan palsu. Hal ini disampaikan Ditjen Pajak melalui akun resmi X @DitjenPajakRI.

"WA tipu-tipu mengatasnamakan DJP," tulis Ditjen Pajak, dikutip Rabu (24/1/2024).

Modus penipuan dilancarkan oknum dengan mengirimkan pesan bertuliskan "Surat Peringatan".

Kemudian, oknum juga melampirkan file berformat apk. dengan judul Buka_Lampiran_Tagihan_Pajak_Pdf_.apk.

"Memang pada rentang waktu pelaporan SPT Tahunan terdapat modus penipuan mengatasnamakan DJP dengan APK via WA," tulis Ditjen Pajak.

Selengkapnya klik di sini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com