Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mansek Proyeksikan Ekonomi RI 2024 Tumbuh 5,1 Persen, Rupiah di Bawah Rp 15.000

Kompas.com - 29/01/2024, 14:38 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Mandiri Sekuritas memproyeksikan angka pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sekitar 5,1 persen di 2024 yang didorong oleh faktor-faktor, seperti konsumsi rumah tangga dan inflasi.

Chief Economist Mandiri Sekuritas, Rangga Cipta mengatakan, Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan diselenggarakan pada 14 Februari 2024 akan mendorong konsumsi, meski investasi berpotensi sedikit melambat karena menunggu hasil pemilu dan arah kebijakan di masa depan.

”Kami optimis akan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia di tahun Pemilu 2024. Kami melihat Pemilu akan berdampak positif bagi ekonomi nasional terutama kenaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga,” kata Rangga, Senin (29/1/2024).

Baca juga: Kondisi Ekonomi Tertolong Pemilu

Namun demikian, Rangga menilai ada beberapa hal yang perlu diwaspadai. Seperti sikap menunggu hasil Pemilu dari para investor dan volatilitas ekonomi global perlu diwaspadai.

“Kami memproyeksikan inflasi di 2024 tetap stabil di sekitar 3,2 persen dan suku bunga Bank Indonesia (BI) turun sebesar 75bp ke 5,25 persen,” lanjut dia.

Sementara itu, nilai tukar rupiah diperkirakan menguat ke level Rp 14.900 secara rata-rata, namun masih dipengaruhi volatilitas ekonomi global di kuartal I-2024. Untuk pasar saham, Mandiri Sekuritas memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mencapai 7.640 di 2024.

Namun demikian, Indonesia yang termasuk dalam ASEAN-5 diproyeksikan masih tetap tumbuh secara resilien di tengah volatilitas global. Head of Equity Analyst and Strategy Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengatakan, di tengah pelemahan pertumbuhan laba bersih perusahaan oleh karena kebijakan moneter yang ketat, potensi penurunan suku bunga akan menopang perbaikan pertumbuhan di Semester II-2024.

Adrian bilang, dengan kondisi fundamental ekonomi, perbankan, dan perusahaan yang lebih baik dibandingkan dengan periode-periode tightening sebelumnya.

“Kami optimistis bahwa tightening exit Indonesia di tahun 2024-2025 akan lebih baik dan belum sepenuhnya terefleksikan di tingkat valuasi pasar saham saat ini di level 12-13x forward PE,” jelasnya.

Sementara itu, tingkat leverage perusahaan yang rendah dan ROIC-WACD spread yang berada di level tertinggi sejak 8-9 tahun terakhir pun akan membantu mempercepat pemulihan pertumbuhan setelah kebijakan tightening berakhir dan juga membantu menopang imbal hasil dividen yang tinggi ke depannya.

Baca juga: IHSG Merosot 1,25 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Rp 11.345 Triliun

Untuk pasar obligasi di 2024 Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan, di tengah gejolak global yang tinggi tahun 2023, dari tensi geopolitik yang meningkat, tingkat suku bunga global yang tinggi, pasar obligasi Indonesia terbukti risilien dan masih memberikan return 8,7 persen.

“Kami memperkirakan, kinerja positif ini masih akan berlanjut di tahun 2024-2025,” ungkap dia.

Beberapa katalis positif antara lain pertama, tingkat suku bunga diperkirakan akan turun, kedua, pemerintah masih memiliki fleksibilitas pembiayaan fiskal yang longgar, seiring dengan masih relatif tinggi SAL (Saldo Anggaran Lebih), dan ketiga Secara valuasi, yield obligasi masih menarik. Dengan proyeksi yield 10 tahun SBN berpotensi turun ke 5,9 persen atau kisaran di 5,8-6 persen.

“Kami perkirakan return investasi di pasar obligasi tahun 2024 akan memberikan imbal hasil sekitar 9,8 persen,” tambahnya.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi 4,9-5 Persen pada 2024

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com