Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Intip Prospek Pertumbuhan Ekonomi RI Pasca-Pemilu 2024

Kompas.com - 30/01/2024, 18:36 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Senior Economist ASEAN di Bloomberg Tamara Henderson mengatakan ketidakpastian akan membayangi kondisi ekonomi pasca pemilihan umum atau pemilu bulan depan.

Dia mengatakan ketidakpastian yang berlangsung kemungkinan besar akan mengurangi investasi sampai koalisi pemerintahan dan kabinet baru terbentuk, serta prioritas anggaran 2025 diumumkan.

“Hal ini, bersamaan dengan iklim eksternal yang penuh tantangan, kemungkinan akan membatasi pertumbuhan sebesar 5 persen pada tahun ini, bahkan jika Bank Indonesia mulai menurunkan suku bunga,” kata Tamara kepada Kompas.com, Selasa (30/1/2024).

Dia mengatakan, prospek pertumbuhan ekonomi pasca pemilu dalam jangka pendek dan panjang bergantung pada kemampuan pemerintahan selanjutnya untuk menarik investasi asing langsung.

Baca juga: Mansek Proyeksikan Ekonomi RI 2024 Tumbuh 5,1 Persen, Rupiah di Bawah Rp 15.000

Dia menjelaskan, risiko kebijakan ekonomi perlu dikurangi sebelum investasi meningkat ke tingkat yang lebih tinggi.

“Tidak peduli siapa yang menang, iklim eksternal kemungkinan akan tetap penuh tantangan, dengan pertumbuhan yang akan melambat secara signifikan di Amerika Serikat dan China, serta Eropa yang diperkirakan stagnan tahun ini,” jelas dia.

Tamara menyebut, hal tersebut akan menurunkan harga ekspor komoditas Indonesia, membatasi volume ekspor, dan melemahkan sentimen perekrutan dan investasi.

Di sisi lain, ketidakpastian seputar pemilu AS pada bulan November juga merupakan hambatan lain, selain tingginya biaya pinjaman, yang membuat investor global tetap waspada pada tahun ini.

Baca juga: Kondisi Ekonomi Tertolong Pemilu

IKN dan Hilirisasi

Sementara terkait proyek Ibu Kota Nusantara (IKN), Tamara menilai semakin cepat IKN mampu berdiri sendiri, semakin cepat dampak yang ditimbulkan akan menguntungkan daerah lain. Mulai dari transfer teknologi hingga peningkatan keterampilan tenaga kerja.

“Pemerintah mempunyai banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menarik cukup banyak dunia usaha, pekerja dan investor untuk mencapai masa kritis yang, dengan sendirinya, dapat menarik lebih banyak pemangku kepentingan,” kata dia.

Adapun soal hilirisasi, menurut Tamara hilirisasi tetap harus dilanjutkan, namun dengan memperhatikan permasalahan lingkungan dan kesejahteraan sosial.

Selain memberikan manfaat bagi bumi dan umat manusia, peralihan ke energi ramah lingkungan juga akan membantu mengurangi kerentanan Indonesia terhadap guncangan eksternal.

“Namun dalam jangka pendek, mereka yang bekerja di industri batu bara akan menghadapi hilangnya pendapatan, sehingga transisi ini harus dilakukan secara bertahap agar dapat mendukung dan mengarahkan para pekerja yang kehilangan pekerjaan tersebut ke pekerjaan serupa di sektor lain,” ucap dia.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi 4,9-5 Persen pada 2024

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com