Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sedih Kala Beras Mahal, Pedagang Warteg: Kalau Ikut Naikin Harga, Siapa yang Beli?

Kompas.com - 13/02/2024, 11:47 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tingginya harga beras saat ini membuat pengusaha warteg bersedih. Sebab, omzet penjualan berkurang sementara harga jual tak naik. 

Andri, salah satu pengusaha warteg di wilayah Jakarta Timur, menceritakan tingginya harga beras saat ini sangat berdampak pada penghasilannya.

Dia bilang apabila sebelumnya dia membeli beras Rp 550.000 untuk kemasan 50 kilogram, saat ini dia harus merogoh kocek lebih dalam yakni Rp 780.000.

Lantaran tak mau menaikkan harga menu jualannya, dia harus rela mendapatkan keuntungan yang tipis.

“Kalau mau naikin harga menu yah enggak mungkin. Nanti yang ada orang enggak beli. Saya tetap jual Rp 15.000 per porsi,” ujarnya saat ditemui Kompas.com di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Senin (12/2/2024).

Baca juga: Soal Harga Beras Mahal, Erick Thohir: Terjadi di Seluruh Dunia

Dia mengaku, sudah 3 bulan keadaan mahalnya harga beras itu dia rasakan.

Apabila dalam sebulan dia mendapatkan omzet bersih Rp 5 juta, saat ini setengahnya pun tak sampai.

Imbasnya, selama 3 bulan ini, dia tak mampu membayar gaji karyawannya.

“Yah mau gimana lagi, yang harusnya bisa gaji karyawan tapi enggak bisa. Untungnya karyawan masih mau tetap bekerja tapi gajinya masih ala kadarnya,” kata dia.

Baca juga: Pedagang Pasar Keluhkan Harga Beras Mahal dan Sulit Didapat

Sepekan naikkan harga menu, warung langsung sepi...

Hal ini juga diamini oleh Party, salah satu pedagang warteg di Jakarta Timur. Dia bilang, keuntungannya kian menipis lantaran harga beras tak kunjung turun.

Imbasnya, omzet yang diraup pun hanya seperempat dari biasanya.

“Yah hitungannya memang enggak nentu, sebelum beras mahal dapatlah Rp 700.000 lebih seminggu. Sekarang yah cuma seperempatnya,” katanya.

Party mengungkapkan, ia pernah menaikkan harga menu di warung nasinya. Ini ketika periode lebaran tahun lalu hampir semua bahan pangan melonjak.

"Saya sudah 15 tahun di sini, (harga lauk) bertahan. Apa-apa naik semua, sampai cabai naik Rp 100.000 per kilogram dulu, saya tetap bertahan harga lauk dan porsi nasi," kata dia.

Baca juga: Pedagang Pasar Minta Pemerintah Antisipasi Kelangkaan Beras

 


Pada saat itu, Party sempat mencoba menaikkan harga menunya sebesar Rp 2.000. Namun, ia hanya bisa bertahan selama sepekan karena warungnya langsung sepi.

"Saya enggak kuat karena seminggu harga naik, warung nasi malah sepi," ungkap Party.

Sejak saat itu, ia akhirnya berkomitmen untuk tidak pernah mengurangi porsi nasi atau menaikkan harga lauk.

Meski keuntungannya menipis, Party tetap berjuang agar warung nasinya tidak pernah sepi pelanggan.

"Langganan saya malah hilang seminggu (saat harga lauk dinaikkan), akhirnya balik ke harga semula," pungkasnya.

Baca juga: Bapanas Janji Beras Tak Langka Lagi di Toko Ritel Modern Pekan Ini

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com