Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Ekonomi Global Belum Pulih dari Ketidakpastian

Kompas.com - 23/02/2024, 16:11 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) menyatakan, sampai dengan saat ini kondisi perekonomian global masih dibayang-bayangi ketidakpastian. Hal ini disebabkan oleh berbagai peristiwa yang mengakibatkan prospek ekonomi dunia tidak menentu.

"Dalam ekonomi global ini ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian kita semua, karena sebenarnya semua ini menggambarkan ekonomi global itu belum pulih dari ketidakpastian," tutur Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, dalam diskusi virtual LPPI, Jumat (23/2/2024).

Destry menjelaskan, fenomena pertama yang mewarnai dinamika global ialah tensi geopolitik yang terjadi di kawasan Eropa dan Timur Tengah. Konflik antara Ukraina dan Rusia serta Israel dengan Hamas telah mengakibatkan disrupsi rantai pasok global.

Baca juga: Nigeria Alami Krisis Ekonomi: Inflasi Meningkat Tajam, Mata Uang Anjlok

Teranyar, konflik yang terjadi di Timur Tengah membuat distribusi melalui Terusan Suez yang berada di antara Laut Tengah dan Laut Merah terganggu. Imbasnya, rantai pasok sejumlah negara, khususnya di Eropa, semakin terganggu.

"Yang biasanya melalui Terusan Suez akhirnya harus berputar karena adanya konflik di middle east dan itu mengakibatkan terganggunya arus barang," ujar Destry.

Fenomena lain yang perlu menjadi perhatian ialah tingkat suku bunga acuan tinggi bank sentral negara maju, yang masih akan berlangsung, atau biasa disebut higher for longer. Destry bilang, meskipun tingkat suku bunga acuan berbagai negara sudah mencapai puncaknya, belum dapat dipastikan kapan bank sentral bakal menurunkannya.

"Sekarang masalahnya adalah kapan timingnya, dan berapa besar The Fed (bank sentral AS) akan mulai menurunkan suku bunganya," kata dia.

Momen higher for longer kemudian berimbas terhadap laju pertumbuhan ekonomi. BI memproyeksi, pertumbuhan ekonomi pada tahun ini melambat menjadi 2,8 persen, dari tahun 2023 diprediksi sebesar 3 persen.

Bukan hanya pertumbuhan yang melambat, perekonomian dunia juga menunjukan adanya fragmentasi. Salah satu buktinya ialah oleh laju pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang terjaga, sementara di sisi lain China serta beberapa negara Eropa mengalami pelemahan ekonomi.

"Apa yang terjadi di ekonomi global paling tidak akan mempengaruhi perekonomian kita, baik itu di sektor keuangan kita maupun sektor riil kita," ucapnya.

Baca juga: Menurut Jokowi, Tantangan Ekonomi Indonesia ke Depan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com