Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Raksasa Elektronik Toshiba Bangkrut?

Kompas.com - 25/02/2024, 17:19 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber BBC

KOMPAS.com - Perusahaan yang Jepang yang pernah merajai pasar elektronik dunia, Toshiba, dikabarkan mengalami masalah keuangan serius.

Toshiba resmi dihapus dari daftar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Tokyo setelah 74 tahun tercatat sebagai perusahaan terbuka di bursa saham tersebut. Namun apakah benar Toshiba bangkrut?

Mengutip BBC, Minggu (25/2/2024), kejatuhan Tohsiba dimulai sejak tahun 2015 ketika malpraktik akuntansi di berbagai divisi terungkap, dan banyak di antaranya melibatkan manajemen puncak.

Selama tujuh tahun, Toshiba telah memanipulasi laporan keuangannya dengan melebih-lebihkan laba perusahaan sebesar 1,59 miliar dollar AS atau 1,25 miliar yen (setara Rp 24,79 triliun).

Baca juga: Berapa Jumlah BUMN di China dan Mengapa Mereka Begitu Perkasa?

Pada tahun 2020, baru terungkap kalau Toshiba telah melakukan kecurangan dalam praktik akuntansi. Ada juga tuduhan terkait tata kelola perusahaan dan cara pengambilan keputusan pemegang saham yang tidak sesuai prosedur.

Investigasi pada tahun 2021 menemukan bahwa Toshiba telah berkolusi dengan Kementerian Perdagangan Jepang, yang memandang Toshiba sebagai aset strategis, untuk menekan kepentingan investor asing.

Bak sudah jatuh tertimpa tangga, perusahaan ini kembali diterpa masalah. Pada akhir tahun 2016, Toshiba menghabiskan miliaran dollar AS untuk mengikuti tender pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di AS yang dimiliki Westinghouse Electric.

Apesnya, tiga bulan kemudian, Westinghouse Electric dinyatakan bangkrut. Imbasnya, Toshiba menanggung kerugian sangat besar dan meninggalkan utang lebih dari 6 miliar dollar AS dari proyek ini.

Baca juga: Daftar 5 Merek Perusahaan Paling Mahal Asal Jepang

Jual anak usaha

Karena didera masalah keuangan serius, Toshiba terpaksa menjual banyak lini bisnisnya termasuk telepon seluler, produsen peralatan medis, dan barang-barang kebutuhan rumah tangga.

Toshiba bahkan terpaksa melego divisi pembuatan chip, Toshiba Memory, yang selama ini menyumbang keuntungan sangat besar bagi perusahaan.

Pada saat perusahaan-perusahaan sedang berinvestasi besar-besaran di bidang teknologi, termasuk chip, Toshiba malah harus menjual aset berharganya untuk mendapatkan uang tunai demi kelangsungan perusahaan.

Perusahaan sendiri akhirnya berhasil mendapatkan suntikan dana sebesar 5,4 miliar dollar AS pada akhir tahun 2017 dari investor luar negeri, sehingga membantu Toshiba menghindari penghapusan paksa dari bursa (forced delisting).

Baca juga: Sejarah Ekonomi China, Mengaku Komunis, tapi Sering Dianggap Kapitalis

Namun suntikan dana besar dari investor asing justru membuat situasi dalam perusahaan semakin runyam. Ini karena posisi pemegang saham dari investor asing semakin kuat seiring bertambahnya porsi saham mereka.

Perseteruan antar-pemegang saham semakin sering terjadi. Hal ini menyebabkan terjadinya berdebatan berkepanjangan yang ikut melumpuhkan bisnis dari divisi baterai, chip, serta divisi peralatan nuklir dan pertahanan.

Setelah banyak perdebatan mengenai apakah divisi-divisi perusahaan tersebut harus dipecah menjadi perusahaan-perusahaan kecil terpisah, Toshiba membentuk sebuah komite untuk menjajaki apakah anak-anak perusahaan tersebut sebagian sahamnya bisa dijual ke pihak lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Whats New
Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Whats New
Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Whats New
Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Whats New
Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Whats New
Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Whats New
IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

Whats New
Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Whats New
Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Whats New
Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Whats New
KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

Whats New
Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Whats New
Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com