Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Rengkuh Banyu Mahandaru, Bangun Bisnis Kemasan Ramah Lingkungan ‘Plepah’

Kompas.com - 05/03/2024, 06:07 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mencintai Tanah Air tentu tidak hanya sekedar kata-kata saja, perlu bukti kongkrit untuk mendorong perubahan yang nyata.

Seperti cerita Rengkuh Banyu Mahandaru yang tergerak untuk mengembangkan produk kemasan yang ramah lingkungan lewat startup Plepah.

Usaha yang ia dirikan pada 2018 itu nyatanya membuahkan hasil. Selain berdampak pada lingkungan, ia juga turut memberdayakan hingga 100 kepala keluarga masuk dalam ekosistem usaha pengelahan pelepah pinang menjadi bahan pengemasan yang ramah lingkungan.

Baca juga: Tips Mengelola Laporan Keuangan Bisnis untuk Keberhasilan Perusahaan

Rengkuh menjelaskan, usahanya dimulai pada 2018. Saat itu aplikasi online pengantar makanan belum ramai seperti saat ini. Tetapi, sistem pengantaran makanan sudah menggunakan bahan seperti styrofoam.

“Dulu saya bukan penggerak lingkungan, dan bekerja dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Satu waktu, saya pesan makanan yang dipesan 1, tapi yang datang 3 packaging semua styrofoam,” ujar dia di acara Kick Off 15th SATU Indonesia Awards 2024, Senin (4/3/2024).

“Background saya itu packaging designer, dan waktu itu ada beberapa negara yang mencari alternatif packaging,” sambung dia.

Melihat peluang tersebut, Rengkuh yang juga Penerima Apresiasi 14th SATU Indonesia Awards 2023 Kategori Kelompok itu merefleksikan ke dalam negeri.  Pembungkus makanan di Indonesia dilakukan dengan menggunakan daun, baik dengan daun pisang, daun jati dan sebagainya.

“Inginnya itu, orang bisa membawa packaging itu, atau pembungkus makanan itu terlihat keren. Secara teknikal kan membungkus makanan dengan bahan natural banyak kebaikannya juga,” ungkap dia.

“Tapi, inspirasi muncul saat saya melakukan diving di Wakatobi, dan banyak (sampah) styrofoam, bukan ikan. Dari sana saya tergerak untuk melihat potensi - potensi (kemasan ramah lingkungan) di Indonesia,” jelasnya.

Tidak sampai di situ, Rengkuh juga mendapatkan pengalaman yang menginspirasi saat berkunjung ke India. Dia bilang, India sudah melakukan proses - proses yang lebih hijau dalam kegiatan sehari - hari.

“Mereka sudah menjalankan konsep sustainable yang sehari-harinya begitu. Pulang ke Indonesia, saya jalan-jalan ke Jambi, dan waktu itu saya kerja di salah satu NGO yang tugasnya mengkonservasi harimau,” jelasnya.

“Tugas saya membantu masyarakat untuk tidak merambah hutan dengan meningkatkan produktivitas dan kemampuan ekonomi mereka dengan memanfaatkan kayu,” tambahnya.

Waktu berjalan, Rengkuh mulai membangun usaha kemasan dari pelepah pinang dengan teknologi sederhana. Ia membangun kelompok petani yang berawal dari ibu - ibu, dan membangun koperasi.

Adapun target yang ingin dicapai saat itu adalah inklusifitas. Ada keterlibatan kelompok perempuan. Kemudian, lewat usaha itu, Rengkuh juga mencoba agar masyarakat lebih perhatian dengan material hilirisasi, dan mengubah persepsi mengenai plastik sebagai material utama kemasan di perkotaan.

Dia mengatakan, dari 2018 sampai sekarang, sudah berapa sudah ada 3 titik produksi. Yakni, di Sumatera Selatan dan Jambi. Ada juga riset dan pengembangan di Cibinong - Bogor.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com