Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jazak Yus Afriansyah
Trainer

Author, Coach, Trainer.
Master of Technology Management.

Mengenali 6 Contoh Gejala Jurang Kepemimpinan (Bagian III)

Kompas.com - 13/03/2024, 12:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dengan situasi terkini, tidak perlu dan tidak harus kerja keras, cukup memanfaatkan teknologi digital yang tersedia, bisa dioptimalkan untuk mencapai hasil lebih cepat dan mungkin bisa lebih banyak.

Kelima, pemimpin sangat menekankan kepada proses, waktu kerja teratur, rutinitas terstruktur dan kaku.

Namun, staf atau anggota tim menginginkan waktu kerja lebih fleksibel, luwes, dan dinamis.

Tentunya hal ini berkaitan dengan beberapa contoh di atas. Dengan kemampuan digital yang luar biasa, mereka yakin kerja tidak harus ngantor terus dengan jam kerja kaku. Bagi mereka, kerja bisa fun, rileks, dan yang penting hasil bisa diberikan.

Keenam, pemimpin sangat menyukai suasana kerja formal dan resmi sesuai dengan pakem yang mereka terima dari senior terdahulu.

Namun staf atau anggota tim menginginkan situasi kerja informal atau casual, santai dan tidak selalu resmi, yang penting asyik saja.

Faktanya, dengan jumlah yang sangat signifikan ini sungguh wajar jika perhatian dicurahkan kepada mereka, karena mereka inilah yang secara konsisten mengimplementasikan semua kebijakan dan strategi perusahaan.

Lebih penting lagi mereka adalah generasi penerus kepemimpinan korporasi. Jika sebagian besar atau semua Millennial mampu berkinerja dengan optimal, bisa dipastikan korporasi akan sangat mudah mencapai, bahkan melampaui target bisnis.

Dengan demikian, perusahaan tersebut mampu tumbuh secara berkelanjutan dan tangguh di dalam persaingan.

Sebaliknya, jika para Millennial gagal memberikan kontribusi terbaik mereka, akibat salah asih, salah asuh dan salah asah, atau dengan kata lain salah kepemimpinan, bisa dipastikan perusahaan tersebut tinggal menunggu waktu akan tergilas dalam persaingan, dan ditinggalkan para talenta terbaik.

Oleh sebab itu, diperlukan pendekatan khusus untuk memimpin dan memberdayakan anggota tim di Era Millenial ini.

Mengapa harus menggunakan pendekatan khusus? Bukankah mereka juga memiliki jabatan dan posisi yang sama dengan karyawan lainnya dari generasi berbeda? Sebagai sesama karyawan seharusnya mereka memiliki hak dan kewajiban yang secara umum juga sama.

Tepat sekali, inilah pemicu leadership gap syndrome yang dihadapi para pemimpin di era Millennial.

Untuk bisa menguasai kepemimpinan Milenial dalam upaya untuk menjembatani kesejangan jurang kepemimpinan yang mungkin ada di suatu organisasi, kita harus terus memastikan cara memimpin menjadi lebih fresh dan relevan dengan perkembangan zaman. Tentu ini akan kita kupas pada artikel keempat selanjutnya.

Selamat memimpin dan berkembang bersama generasi Millenial! Salam sukses selalu untuk kita semua!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com