Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Widdy Apriandi
Peneliti

Peneliti Data Desa Presisi, Mahasiswa Pasca-Sarjana IPB University

Ekonomi Ramadhan: Pertumbuhan dan Ketimpangan

Kompas.com - 21/03/2024, 12:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

RAMADHAN berdampak positif terhadap dinamika perekonomian nasional. Jejaknya dapat dilacak dari peningkatan pengeluaran rumah tangga yang mampu menyentuh tiga kali lipat dari bulan-bulan biasa. Geliatnya dimulai sejak menjelang Ramadhan hingga pasca-Lebaran.

Dana ekstra yang dialokasikan di bulan Ramadhan dominan ditujukan kepada dua komoditas, yaitu makanan dan minuman, serta pakaian (BPS, 2023).

Pola pengeluaran rumah tangga demikian konsisten di semua kelas ekonomi: bawah, menengah, hingga kalangan atas.

Adapun variabel yang menjadi pembeda signifikan adalah pengeluaran untuk fungsi mobilitas. Secara kasuistis, untuk kebutuhan mudik, porsi dana di kelas ekonomi bawah berbeda kontras dengan kalangan menengah–apalagi atas (Kompas, 2024).

Kontribusi rumah tangga terhadap PDB

Terlepas dari sifatnya yang cenderung musiman, peningkatan pengeluaran rumah tangga pada momentum Ramadhan terbukti mampu menjadi penjungkit (leverage) pertumbuhan ekonomi.

Hal demikian tidak lepas dari posisi (positioning) pengeluaran rumah tangga pada struktur Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang memang dominan. Multiplikasi pengeluaran rumah tangga di momentum Ramadhan jelas menjadikan geliat ekonomi tambah moncer.

Di tahun 2023, pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal 1 yang mencapai 5,03 persen year on year (y-o-y) turut didorong momentum Ramadhan yang dimulai sejak akhir bulan maret.

Capaian tersebut lebih tinggi 0,02 persen jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2022 y-o-y.

Pengeluaran rumah tangga menyumbang 48,5 persen (2,44 persen) terhadap pertumbuhan ekonomi nasional saat itu. Sementara, kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap total PDB berdasarkan pengeluaran adalah 52,88 persen (BPS, 2023).

Sejalan, di tahun 2022, pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II yang bersinggungan dengan Ramadhan mencapai 5,44 persen.

Meskipun lebih rendah jika dibandingkan dengan capaian pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 y-o-y yang menyentuh 7,07 persen (fase pemulihan pasca-COVID), tren positif pertumbuhan terlihat dari pergerakan secara q-to-q. Dibandingkan kuartal I 2022, terjadi pertumbuhan impresif sebesar 3,72 persen di kuartal II 2022 (BPS, 2022).

Konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar 53,6 persen (2,92 persen) terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal II 2022. Sedangkan, porsi konsumsi rumah tangga mencapai 51,47 persen pada struktur PDB berdasarkan pengeluaran (BPS, 2022).

Pola pertumbuhan positif tersebut turut memicu optimisme di Ramadhan tahun ini. Ada harapan besar, pertumbuhan ekonomi mampu terakselerasi. Terlebih, untuk melampaui dinamika ekonomi nasional yang sedang lesu.

Di semester terakhir tahun 2023, perekonomian nasional tampak lesu. Pada kuartal IV, capaian pertumbuhan ekonomi q-to-q menyentuh 0,45 persen. Lebih rendah dari torehan pertumbuhan q-to-q kuartal III yang mampu mencapai 1,60 persen (BPS, 2023).

Faktor Tunjangan Hari Raya (THR) dan bonus Ramadhan menguatkan optimisme pertumbuhan. Terlepas dari tekanan inflasi 2,75 persen y-o-y di bulan Februari kemarin, yang didorong lonjakan harga beras, keyakinan terhadap kenaikan konsumsi rumah tangga tetap tinggi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com