Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Edwison Firmana
PNS di Kementerian Kelautan dan Perikanan

Peminat isu lingkungan.

Menggugat Semangat Pungutan Hasil Perikanan

Kompas.com - 03/04/2024, 14:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Misal, hasil penelitian menunjukkan pada kelompok API sejenis trawl yang saat ini disebut pukat hela dasar udang di mana setiap produksi 100 kg udang, terdapat lebih dari 900 kg ikan yang turut tertangkap. Sebagian besar ikan tersebut dibuang demi efisiensi palka.

Jenis perikanan yang membuang ikan secara mubazir ini harus dikurangi. Pungutan harus lebih tinggi karena memasukkan ikan tertangkap, mati, lalu dibuang tersebut dalam komponen PHP-nya.

Keempat, pertimbangan daerah penangkapan ikan (DPI). Perairan kepulauan Indonesia seperti Laut Jawa, Selat Makassar, Laut Banda, dan Laut Seram sudah sangat padat oleh kapal penangkap ikan.

Jaraknya yang cukup dekat dari pelabuhan pangkalan membuat banyak pengusaha mengajukan izin untuk menangkap ikan di perairan-perairan tersebut.

Sementara itu, penangkapan ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dan laut lepas belum terlalu banyak dibanding luas perairannya.

Penangkapan ikan di laut lepas memerlukan modal besar karena butuh kapal lebih besar dan canggih serta kebutuhan BBM nonsubsidi yang cukup besar untuk mencapai DPI yang jauh.

Pemerintah perlu mendorong agar penangkapan ikan bergeser dari “halaman rumah sendiri” di perairan kepulauan ke halaman luar, yaitu ZEEI dan laut lepas.

Untuk itu, penetapan DPI dapat menjadi salah satu koefisien penentuan tarif PHP. Misalnya, PHP penangkapan tuna di ZEEI dan laut lepas lebih rendah dibanding PHP di perairan kepulauan.

Selain itu, kapal penangkap ikan yang beroperasi di laut lepas bisa mendapat insentif sebagai penghargaan atas upaya keras mereka menangkap ikan di laut lepas dan bersaing dengan kapal ikan asing. Dibanding beroperasi di perairan kepulauan dan “merecoki halaman rumah sendiri”.

Langkah-langkah di atas patut dipertimbangkan agar PHP berperan memperbaiki pengelolaan perikanan yang lebih adil dan berpihak kepada kelestarian lingkungan.

Hal ini tentu bukan pekerjaan KKP semata. Peneliti perikanan di BRIN dan universitas harus dilibatkan dalam menyediakan kajian ilmiah sebagai landasan kebijakan.

Penggunaan multi variabel sebagai pertimbangan juga menuntut pemerintah untuk tidak menyederhanakan hal yang memang sebaiknya tidak dipaksa menjadi sedehana.

Pungutan seharusnya bukan sekadar menambah pundi-pundi negara, tapi juga menjadi instrumen menyeimbangkan pemanfaatan dan kelestarian sumberdaya hayati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wall Street Variatif, Nasdaq Menguat ke Level Tertinggi

Wall Street Variatif, Nasdaq Menguat ke Level Tertinggi

Whats New
Total Keterlambatan Penerbangan Haji Capai 32 Jam, Kemenag Tegur Garuda

Total Keterlambatan Penerbangan Haji Capai 32 Jam, Kemenag Tegur Garuda

Whats New
Punya Peta Jalan, Industri BPR Hadapi 3 Tantangan Struktural

Punya Peta Jalan, Industri BPR Hadapi 3 Tantangan Struktural

Whats New
Kemenperin Bantah Kemendag soal Terbitkan 'Pertek' Lamban,: Paling Lama 5 Hari

Kemenperin Bantah Kemendag soal Terbitkan "Pertek" Lamban,: Paling Lama 5 Hari

Whats New
[POPULER MONEY] Cara Cek Formasi CPNS 2024 di SSCASN | Prabowo soal Anggaran Makan Siang Gratis

[POPULER MONEY] Cara Cek Formasi CPNS 2024 di SSCASN | Prabowo soal Anggaran Makan Siang Gratis

Whats New
Insiden Pesawat Haji Terbakar, Bos Garuda: 'Confirm' Disebabkan Internal 'Engine'

Insiden Pesawat Haji Terbakar, Bos Garuda: "Confirm" Disebabkan Internal "Engine"

Whats New
Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com