Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Lebih Memahami Konsumen dengan "Face Recognition" dan "Neuro Science"

Kompas.com - 07/04/2024, 17:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pengenalan wajah digunakan di beberapa platform media sosial untuk menargetkan pelanggan potensial.

Pengguna Facebook mengunggah sekitar 350 juta gambar setiap hari. Dilema wajah memengaruhi berbagai konteks pemasaran, termasuk manajemen hubungan pelanggan, pemilihan karyawan, dan penilaian layanan profesional (Lixandroiu dkk., 2020).

Persepsi berbasis wajah banyak digunakan dalam pemasaran untuk menentukan karakteristik pelanggan. Model pengelompokan pelanggan berdasarkan informasi wajah dapat digunakan untuk memahami ekspresi wajah konsumen dan menghitung trade-off antara kesimpulan wajah yang diinginkan dan tidak diinginkan. Ekspresi wajah sangat penting dalam pengambilan keputusan.

Facebook, Instagram dan WhatsApp, banyak memanfaatkan teknologi pengenalan wajah (Moriuchi, 2021).

Jika pelanggan berada di depan layar ponsel dan menonton iklan, teknologi pengenalan wajah yang didukung AI akan mengidentifikasi ekspresi wajah dan jika koneksinya positif, iklan atau informasi lebih lanjut tentang produk akan ditampilkan di feed Facebook mereka (Xu dkk., 2020).

Semua perusahaan teknologi tinggi seperti Google, Facebook, Microsoft, Apple, Amazon, dan Samsung berinvestasi besar-besaran dalam teknologi pengenalan wajah karena teknologi ini membuat kehadiran mereka terasa di semua aspek kehidupan konsumen (Meyerding dan Mehlhose, 2020).

Face recognition dan neuro-marketing

Dalam perkembangannya, face recognition dikombinasikan dengan sistem informasi saraf karena mungkin dapat menguraikan resonansi kognitif dari upaya pemasaran.

Pemikiran kognitif pelanggan terkait dengan ekspresi wajah mereka, yang ditentukan melalui sistem informasi saraf (Xu dkk., 2020).

Sistem ini membantu mempelajari respons emosional pelanggan, memungkinkan pemasar untuk mengelompokkan pelanggan berdasarkan sifat unik mereka.

Pendekatan manajemen emosional dapat digunakan untuk mengelompokkan pelanggan berdasarkan, ketakutan, kemarahan, depresi, dan kebahagiaan.

Dalam lingkungan yang didorong oleh informasi, mempersonalisasi informasi pelanggan sangat penting untuk menciptakan produk yang disesuaikan berdasarkan pengenalan wajah dan sistem informasi saraf (Kemp dkk., 2020).

Pemasar dapat memprediksi bagaimana pelanggan secara tidak sadar bereaksi terhadap stimulus eksternal dan memanfaatkan informasi ini dalam strategi pemasaran mereka.

Peneliti pasar mungkin merasakan manfaatnya mempelajari pendekatan neurologi pelanggan.
Neuro-marketing diimplementasikan berdasarkan hasil dari sistem informasi neuro.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pendekatan ini membantu dalam menentukan emosi masyarakat, memungkinkan pemasar memanfaatkan informasi ini dalam pengambilan keputusan.

Neuro-marketing dan pengenalan wajah mendeteksi disonansi mental dan kognitif pelanggan, yang secara substansial berdampak pada keterlibatan pembelian konsumen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com