Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Lebih Memahami Konsumen dengan "Face Recognition" dan "Neuro Science"

Kompas.com - 07/04/2024, 17:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pemasaran saraf, dikombinasikan dengan pengenalan wajah, berdampak pada strategi pemasaran yang efektif.

Pemasar menggabungkan informasi neuro-marketing dengan teori pemasaran tradisional untuk memahami perilaku manusia dan bagaimana mereka bereaksi terhadap rangsangan pemasaran.

Neuro-marketing berfokus pada proses biologis dan neurofisiologis yang memengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Ilmu informasi saraf didasarkan pada harapan pelanggan yang diungkapkan melalui komunikasi verbal.

Hal ini semakin banyak digunakan sebagai pendekatan pemasaran untuk merancang produk dan layanan agar sesuai dengan permintaan pelanggan.

Pemasar dapat menggunakan pemasaran saraf untuk mengakses alat diagnostik saraf di berbagai aplikasi pemasaran. Sulit untuk menangkap emosi dari preferensi dan keputusan konsumen dalam penelitian berbasis survei.

Alat ilmu saraf dapat menjembatani kesenjangan informasi ini (Turel dan Bechara, 2021). Alat pemasaran saraf menggunakan petunjuk otak dan informasi otak klinis untuk mendapatkan wawasan tentang perilaku konsumen.

Alat-alat tersebut menghasilkan gambar neurologis yang memberikan bukti fisik terbaik untuk memahami cara otak memproses informasi yang mendasari keputusan pembelian.

Neuro-marketing menghubungkan aktivitas otak internal dengan perilaku konsumen eksternal, memanfaatkan rangsangan dari otak.

Pada akhirnya, upaya mengumpulkan data mengenai konsumen dengan penerapan face recognition yang disinergikan dengan neuro science memang masih terbilang baru. Mayoritas adalah perusahaan yang berbasis digital.

Pemasar Indonesia patut memberikan perhatian lebih besar pada perkembangan teknologi termutakhir jika tidak ingin kehilangan daya kompetitif ketika berhadapan dengan korporasi-korporasi besar dunia.

Jangan terlena menjadi follower karena terlambat mengantisipasi perubahan perilaku konsumen yang sangat dinamis.

*Dosen Tetap Program Studi Sarjana Manajemen, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Tarumanagara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com