Menurut Lukman, hampir tidak ada sentimen positif yang dapat mendukung rupiah.
Baca juga: Penyebab Rupiah Tembus Rp 16.000 Per Dollar AS di Pasar Luar Negeri
Ia menekankan, rupiah masih akan tertekan dan berada pada level Rp 16.000 sampai Rp 16.200 per dollar AS. Adapun, pelemahan rupiah ini dapat diatasi apabila BI kembali mengintervensi.
"Apabila tidak, rupiah masih akan terus melemah di atas 16.000," imbuh dia.
Sementara itu, Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto mengatakan, pelemahan rupiah terhadap dollar AS yang sudah menembus 16,000 bisa jadi dikarenakan mekanisme transaksi yang terjadi di pasar luar negeri, seperti di pasar non delivarble forward (NDF) Singapura.
"Itupun rupiah terlihat melemah karena posisi dollar AS yang tengah menguat secara global maupun regional Asia," ungkap Myrdal.
Baca juga: 10 Mata Uang Terendah di Dunia, Rupiah Posisi Berapa?
Ia menjelaskan, hal itu tercermin dari posisi variabel indeks Dollar DXY yang posisinya terus menanjak. Penguatan indeks Dollar DXY tersebut merupakan gambaran dari perpindahan arus dana di pasar keuangan internasional yang mengarah pada pergerakan pelaku pasar global, baik di pasar saham maupun obligasi.
Arus dana ini pada dasarnya bertujuan memindahkan aset investasinya ke pasar Amerika Serikat, terutama pasar obligasi AS yang terlihat lebih menarik saat imbal hasil (yield) dari surat utangnya terus meningkat.
Selain itu, imbal hasil itu juga terlihat meningkat saat ekspektasi penurunan bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed semakin tidak menentu (uncertain).