Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mungkinkah Rupiah Kembali ke Level Rp 15.000 per Dollar AS?

Kompas.com - 24/06/2024, 06:00 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tengah berada dalam tren pelemahan. Bahkan, selama beberapa pekan terakhir, kurs mata uang Garuda terus berada di atas level psikologis Rp 16.00 per dollar AS.

Lantas, apakah nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dapat kembali ke level Rp 15.000?

Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, jika melihat data historis selama 10 tahun terakhir, nilai tukar rupiah terus terdepresiasi setiap tahunnya. Ia menyebutkan, dalam periode tersebut, nilai tukar rupiah tidak pernah menguat.

"Kita itu enggak ada tren untuk menguat selama 10 tahun terakhir," kata dia, dalam acara Obrolan Newsroom Kompas.com, Rabu (19/6/2024).

Baca juga: Dalam Setahun Rupiah Melemah Hampir 10 Persen, Ekonom: Ini Tidak Baik untuk Perekonomian RI...

Lebih lanjut ia bilang, setiap tahunnya, nilai tukar rupiah terdepresiasi dalam rentang 5 - 10 persen. Oleh karenanya, alih-alih menguat, nilai tukar rupiah justru berpotensi semakin melemah ke depan.

Salah satu pemicunya ialah persepsi investor di pasar keuangan terhadap kebijakan fiskal pemerintah.

Arah kebijakan pemerintah dalam merumuskan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) menjadi penentu seberapa dalam depresiasi rupiah bakal terjadi ke depan.

Baca juga: Menteri PUPR Akui Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak ke Proyek IKN

 


Tauhid pun menyoroti kabar yang menyebutkan, pemerintah di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto berencana menaikan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB).

Meskipun sudah ditampik oleh tim Prabowo, kabar tersebut menjadi perhatian investor terhadap keberlanjutan kondisi APBN RI ke depan.

"Itu berisiko sekali dan besar sekali pengorbanannya," ujarnya.

Dengan rasio utang terhadap PDB yang semakin meningkat, maka ruang belanja pemerintah untuk mendorong ekonomi bakal semakin terbatas. Pasalnya, kebutuhan alokasi untuk membayar bunga dan pokok utang semakin besar.

Baca juga: Terpukul Pelemahan Rupiah, Bos Garuda Indonesia Dorong Tarif Batas Atas Direvisi

 

BI masih pede rupiah bakal menguat

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo masih optimis, tren nilai tukar rupiah terhadap dollar AS bakal menguat ke depan. Optimisme ini utamanya didukung oleh kondisi fundamental nilai tukar rupiah yang terjaga.

Perry menyadari, kurs rupiah tengah tertekan oleh dollar AS. Berdasarkan data BI, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sudah terdepresiasi 5,92 persen sejak awal tahun hingga 19 Juni lalu.

Pelemahan itu menurutnya disebabkan oleh faktor sentimen. Ia menyebutkan, sentimen-sentimen yang menyebabkan rupiah tertekan selama beberapa pekan terakhir ialah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi, meningkatnya kebutuhan valuta asing (valas) dalam negeri, serta persepsi investor terhadap arah kebijakan fiskal Indonesia.

"Tentu saja pergerakan nilai tukar itu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang fundamental, dan faktor-faktor yang teknikal, faktor-faktor jangka pendek, dan itu bergerak dari bulan ke bulan, selalu begitu," tutur dia, dalam konferensi pers, di Gedung BI, Jakarta, Kamis (20/6/2024).

Baca juga: Bos BI: Kami Masih Meyakini Tren Nilai Tukar Rupiah ke Depan Akan Menguat

Namun demikian, faktor fundamental nilai tukar rupiah dinilai masih terjaga. Ini tercermin dari laju inflasi RI yang kian melandai, di mana pada Mei mencapai 2,84 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Selain itu, perekonomian Indonesia masih terjaga, ditunjukan produk domestik bruto (PDB) yang tumbuh 5,11 persen pada kuartal I-2024. Terakhir, defisit neraca transaksi berjalan diproyeksi terjaga di kisaran 0,1 - 0,9 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), yang menandai ketahanan eksternal Indonesia.

"Sehingga kami masih meyakini tren nilai tukar rupiah ke depan akan menguat. Tren ya. Tren akan menguat," kata Perry.

Baca juga: Gubernur BI Beberkan Pemicu Rupiah Tertekan hingga Tembus Rp 16.400 Per Dollar AS

Adapun untuk menjaga stabilitas rupiah dari sentimen "negatif", Perry bilang, BI akan memaksimalkan bauran kebijakan intervensi pasar keuangan. Pada saat bersamaan, bank sentral bakal mengerahkan instrumen Sekuritas Rupiah BI (SRBI) dan Sekuritas Valasa BI (SVBI) untuk menarik modal asing.

Dengan kebijakan tersebut, BI optimis dapat menjaga stabilitas rupiah dalam jangka pendek. Sementara dalam jangka panjang, BI optimis, rupiah bakal kembali menguat.

"Sehingga apakah Bank Indonesia masih yakin tren (rupiah) menguat? Yes. Karena semua faktor mendukung penguatan rupiah," ucap Perry.

Baca juga: Suku Bunga Tidak Naik, Ini Strategi Bank Indonesia Stabilkan Rupiah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com