Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
HILIRISASI INDUSTRI

Berikan Multiplier Effect, Hilirisasi Industri Diharapkan Mampu Wujudkan Visi Indonesia Emas

Kompas.com - 03/07/2024, 17:45 WIB
Sheila Respati

Penulis

Lebih lanjut, Agus berencana akan mengembangkan industri berbasis tambang dan mineral untuk mendongkrak nilai tambah, khususnya pada lima komoditas, yaitu bijih tembaga, bijih besi, dan pasir besi, bijih nikel, bauksit, dan logam tanah jarang.

Baca juga: Dorong Generasi Muda Berkualitas, PT GNI Salurkan Beasiswa untuk Warga Sekitar Wilayah Industri

“Kemampuan hilirisasi sektor ini juga akan menghasilkan produk-produk lainnya, seperti peralatan kesehatan, dapur, kedirgantaraan, dan kendaraan listrik. (Dengan demikian) peningkatan nilai tambah dari bijih nikel bisa mencapai 340 hingga 400 kali lipat,” ujar Agus.

Multiplier effect dari hilirisasi sumber daya alam

Kebijakan hilirisasi sumber daya alam ternyata juga memberikan multiplier effect sehingga mendapat perhatian khusus oleh pemerintah. Presiden Jokowi bahkan menegaskan tidak akan menghentikan program hilirisasi industri meski harus menghadapi banyak tantangan.

Hal itu bukan tanpa alasan karena kebijakan hilirisasi telah memberikan dampak positif bagi industri itu sendiri, termasuk memberikan nilai tambah pada barang mentah.

Salah satu sumber daya yang menerima dampaknya adalah bijih nikel. Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin), terdapat peningkatan nilai tambah yang cukup signifikan, yaitu sebanyak 3,3 kali lipat.

Hal tersebut karena bijih nikel yang dijual telah diolah menjadi nickel pig iron (NPI). Harga bijih nikel yang tadinya 30 dollar AS per ton melonjak jadi 90 dollar AS per ton.

Pun dengan nickel ore yang naik 6,76 kali lipat setelah diolah menjadi feronikel dengan harga 203 dolar AS per ton. Sedangkan, untuk nikel matte naik 43,9 kali menjadi 3.117 dolar AS per ton dan mix hydro precipitate (MHP), bahan baku baterai, meningkat 120,94 kali menjadi 3.628 dollar AS.

Baca juga: PT GNI Raih Penghargaan PNBP dari Kemenaker atas Kontribusi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Salah satu perusahaan pengolah nikel yang bergerak di koridor Sulawesi Tengah dan telah memberi multiplier effect adalah PT Gunbuster Nickel Industry (GNI).

GNI berkontribusi cukup besar pada pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah. Berdasarkan Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah dari Bank Indonesia, ekonomi Sulteng tumbuh dari 10,49 persen pada triwulan I menjadi 11,17 persen pada triwulan II 2022. Pada triwulan III pun demikian, yaitu naik menjadi dari 19,13 persen, tetapi sedikit turun pada triwulan IV menjadi 18,9 persen.

Selain itu, pengelolaan industri yang juga berkembang turut mendorong pencapaian tersebut. Pada triwulan I, GNI menyumbang pertumbuhan dari 15,61 persen menjadi 19,99 persen pada triwulan II. Lalu, kembali meningkat menjadi 41,34 persen pada triwulan II dan 41,90 persen pada triwulan IV.

Hal tersebut didorong karena perkembangan industri pengolahan nikel akibat gencarnya hilirisasi mineral dan batu bara (minerba), sesuai dengan peraturan pemerintah. Lalu, bersamaan dengan pertumbuhan industri, perusahaan smelter nikel pun telah banyak menyerap tenaga kerja lokal.

Di daerah Morowali Utara, misalnya, GNI telah menyerap lebih dari belasan ribu karyawan sejak awal pembangunan hingga saat ini. Penyerapan tenaga kerja lokal pun rencananya akan terus ditambah demi mendukung pertumbuhan dan adaptasi model bisnis, teknologi, dan transfer pengetahuan.

Dengan banyaknya karyawan lokal, tentunya pertumbuhan perekonomian di Morowali Utara ikut bangkit.

Baca juga: PT GNI Peringati Bulan K3 Nasional dengan Tingkatkan Kesadaran Keselamatan Kerja

Rencananya, jika semua proyek telah selesai, jumlah tenaga kerja lokal yang diterima dapat mencapai puluhan ribu orang, termasuk dari kalangan perempuan. Jumlah ini diperkirakan cukup untuk mengisi berbagai tingkat pekerjaan di GNI.

Sebagai informasi, saat ini, terdapat 34 smelter nikel yang sudah beroperasi. Sementara, 17 lainnya sedang dalam proses pembangunan yang lokasinya tersebar di Sulteng, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Banten.

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Sulawesi Tengah, jumlah angkatan kerja pada Februari 2024 sebanyak 149,38 juta orang, naik 2,76 juta orang dibanding Februari 2023 dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik sebesar 0,50 persen poin dibanding Februari 2023.

Selanjutnya, di Sulawesi Tenggara, jumlah angkatan kerja pada Februari 2024 sebanyak 1.400,05 ribu orang, naik 68,69 ribu orang dibanding Februari 2023. Lalu penduduk bekerja di Maluku Utara pada Februari 2024 sebanyak 642,0 ribu orang. Jumlah tersebut naik sebanyak 25,8 ribu orang dibandingkan Februari 2023, yakni 616,2 ribu orang.

Hal ini tak lepas dari kontribusi beberapa perusahaan yang memajukan dan mengembangkan industri smelter nikel di beberapa wilayah tersebut seperti GNI, VDNI, Harita Nickel,dan Kawasan Industri Morowali.

Adapun nilai investasi untuk industri nikel juga disebut telah mencapai 11 miliar dollar AS atau Rp 165 triliun untuk jenis pirometalurgi dan 2,8 miliar dollar AS atau Rp 40 triliun untuk hidrometalurgi yang memproduksi MPH sebagai bahan baku baterai. (Rindu P Hestya)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketahui, Ini Beda Program Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun

Ketahui, Ini Beda Program Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun

Whats New
Imbas Relaksasi Aturan Impor, Kemenperin: Investasi Rp 511 Triliun di Sektor Petrokimia Terancam

Imbas Relaksasi Aturan Impor, Kemenperin: Investasi Rp 511 Triliun di Sektor Petrokimia Terancam

Whats New
[POPULER MONEY] Rute dan Jadwal Operasional Biskita Trans Depok | Wacana Bea Masuk 200 Persen Produk Impor China

[POPULER MONEY] Rute dan Jadwal Operasional Biskita Trans Depok | Wacana Bea Masuk 200 Persen Produk Impor China

Whats New
'Tambal' Defisit yang Melebar, Sri Mulyani Minta Restu DPR Tambah Penggunaan Cadangan Pemerintah Rp 100 Triliun

"Tambal" Defisit yang Melebar, Sri Mulyani Minta Restu DPR Tambah Penggunaan Cadangan Pemerintah Rp 100 Triliun

Whats New
Mendag: Kalau Hanya Mengandalkan Jawa, Swasembada Gula dan Beras Akan Mustahil...

Mendag: Kalau Hanya Mengandalkan Jawa, Swasembada Gula dan Beras Akan Mustahil...

Whats New
Merger Adalah: Pengertian, Tujuan, Jenis, dan Contohnya

Merger Adalah: Pengertian, Tujuan, Jenis, dan Contohnya

Earn Smart
Cara Ganti PIN ATM BTN Tanpa Harus ke Kantor Cabang

Cara Ganti PIN ATM BTN Tanpa Harus ke Kantor Cabang

Whats New
Cara Bayar WiFi MyRepublic via BCA mobile dan Livin' by Mandiri

Cara Bayar WiFi MyRepublic via BCA mobile dan Livin' by Mandiri

Spend Smart
Berantas Judi Online, OJK Blokir 6.056 Rekening Bank

Berantas Judi Online, OJK Blokir 6.056 Rekening Bank

Whats New
Simak, Ini Cara Tukar Tiket Proliga 2024 yang Dibeli di PLN Mobile

Simak, Ini Cara Tukar Tiket Proliga 2024 yang Dibeli di PLN Mobile

Whats New
Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 214,7 Triliun, Naik Hampir 30 Persen

Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 214,7 Triliun, Naik Hampir 30 Persen

Whats New
Cara Bayar Tiket Kereta Api lewat ATM BRI dengan Mudah

Cara Bayar Tiket Kereta Api lewat ATM BRI dengan Mudah

Spend Smart
Sampoerna Bangun Hunian Sementara untuk Warga Terdampak Bencana Banjir Lahar Dingin di Agam

Sampoerna Bangun Hunian Sementara untuk Warga Terdampak Bencana Banjir Lahar Dingin di Agam

Whats New
Pesta Pernikahan Anak Miliarder Mukesh Ambani Disebut Bisa Dongrak Ekonomi India

Pesta Pernikahan Anak Miliarder Mukesh Ambani Disebut Bisa Dongrak Ekonomi India

Whats New
Telanjur Utang ke Rentenir? Ini Tips dari OJK

Telanjur Utang ke Rentenir? Ini Tips dari OJK

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com