Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata BI, Ini Penyebab Defisit Neraca Perdagangan Kian Dalam

Kompas.com - 15/05/2019, 22:40 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik mengumumkan bahwa neraca perdagangan kembali mengalami defisit yang kian besar. Per April 2019, defisit yang dialami sebesar 2,50 miliar dollar AS. Adapun neraca perdagangan Indonesia secara kumulatif Januari-April 2019 mengalami defisit sebesar 2,56 miliar dolar AS.

Bank Indonesia menganggap, semakin dalamnya defisit lebih disebabkan faktor eksternal di mana ekonomi dunia melambat.

"Neraca perdagangan April 2019 banyak dipengaruhi pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan harga komoditas ekspor Indonesia yang menurun," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam keterangan tertulis, Rabu (15/5/2019).

Turunnya harga komoditas ekspor secara otomatis menurunkan kinerja ekspor Indonesia.

Baca juga: Neraca Perdagangan Defisit, Ini Komentar Sri Mulyani

Seperti diberitakan, defisit neraca perdagangan nonmigas pada April 2019 tercatat sebesar 1,01 miliar dollar AS, setelah Maret 2019 mencatat surplus 1,05 miliar dollar AS. Kondisi tersebut dipengaruhi penurunan ekspor nonmigas dari 12,98 miliar dollar AS pada Maret 2019 menjadi 11,86 miliar dollar AS pada April.

Onny menyatakan, penurunan ekspor nonmigas terutama terjadi pada komponen perhiasan/permata, lemak dan minyak hewani/nabati, serta bahan bakar mineral.

Di sisi lain, angka impor nonmigas Indonesia meningkat 0,93 miliar dollar AS menjadi 12,86 miliar dollar AS dibandingkan impor bulan sebelumnya.

"Peningkatan impor nonmigas terutama terjadi pada komponen mesin dan peralatan listrik, kapal laut dan bangunan terapung, dan pupuk," kata Onny.

Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas pada April 2019 tercatat sebesar 1,49 miliar dollar AS.

Angkanya meningkat dibandingkan dengan defisit pada bulan sebelumnya sebesar 0,38 miliar dollar AS. Defisit tersebut dipengaruhi oleh peningkatan impor migas dari 1,52 miliar dollar AS pada Maret 2019 menjadi 2,24 miliar dollar AS pada April 2019.

Peningkatan terjadi pada seluruh komponen, yakni hasil minyak, minyak mentah, dan gas, seiring dengan peningkatan baik harga impor maupun volume impor minyak dan gas.

Sebaliknya, ekspor migas menurun dari 1,14 miliar dollar AS pada Maret 2019 menjadi 0,74 miliar dollar AS pada April 2019. Penurunan ekspor migas terutama terjadi pada komponen hasil minyak dan gas, sejalan dengan menurunnya volume ekspor kedua komponen tersebut.

"Ke depan, Bank Indonesia dan Pemerintah akan terus berkoordinasi mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik sehingga tetap dapat memperkuat stabilitas eksternal, termasuk prospek kinerja neraca perdagangan," kata Onny.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PTMP Tebar Dividen Rp 4,2 Miliar, Perdana Sejak IPO

PTMP Tebar Dividen Rp 4,2 Miliar, Perdana Sejak IPO

Whats New
Apa itu NPWP? Ini Penjelasannya

Apa itu NPWP? Ini Penjelasannya

Work Smart
Great Eastern Life Indonesia Cetak Laba Bersih Rp 208 Miliar Sepanjang 2023

Great Eastern Life Indonesia Cetak Laba Bersih Rp 208 Miliar Sepanjang 2023

Whats New
Laba Emiten BRPT Milik Prajogo Pangestu Merosot, Ini Penyebabnya

Laba Emiten BRPT Milik Prajogo Pangestu Merosot, Ini Penyebabnya

Whats New
Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Earn Smart
Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Whats New
Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Whats New
Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Earn Smart
KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com