JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 diperkirakan akan melanjutkan kinerja negatif, setelah pada kuartal II-2020 tumbuh negatif 5,32 persen.
Sehingga, Indonesia memiliki potensi besar untuk masuk ke jurang resesi.
Kendati demikian, ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual menilai, masyarakat tak perlu panik jika Indonesia benar-benar mengalami resesi. Lantaran kondisi pelemahan ekonomi dialami hampir seluruh negara di dunia.
Baca juga: Sri Mulyani: Jika Resesi di Kuartal III Tak Berarti Kondisinya Sangat Buruk
Menurut Bank Dunia ada 92,3 persen negara di dunia yang mengalami pelemahan ekonomi bahkan resesi.
"(Masyarakat) enggak perlu panik, karena kejadian ini kan tak terduga, bahwa akan ada wabah yang berakibat mendorong pelemahan ekonomi," ujar David kepada Kompas.com, Rabu (9/9/2020).
Di sisi lain, berkaca pada realiasi pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2020, ekonomi Indonesia cenderung lebih baik kondisinya ketimbang negara lain, seperti Filipina yang pertumbuhan ekonominya negatif 16,5 persen, Malaysia 17,1 persen, Thailand 12,2 persen, dan Singapura 13,2 persen.
"Jadi ada negara-negara yang lebih parah dari Indonesia, dan kita hanya (pertumbuhan ekonomi minus) single digit di kuartal II," imbuh dia.
Baca juga: Ada Bayangan Resesi, Ini Strategi Cuan Investasi Reksa Dana
Sementara itu, kata David, pemerintah juga terus berupaya untuk mendorong perekonomian dengan mengambil beragam kebijakan, mulai dari pemberian bantuan sosial, insentif bagi UMKM, hingga penyaluran dana ke masyarakat melalui cash for work atau pencairan secara tunai untuk program padat karya.
"Karena pemerintah juga sudah antisipasi lewat belanja yang terus diperkuat," kata dia.
David sendiri memproyeksikan perekonomian Indonesia memang masih lemah di kuartal III-2020 sehingga kinerjanya akan negatif. Namun, tetap akan lebih baik dari kinerja ekonomi di kuartal II-2020.