Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Ekonomi Vanuatu, Negara Mungil yang Singgung HAM di Papua

Kompas.com - 29/09/2020, 16:07 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia lewat perwakilannya di PBB memperingatan Vanuatu, sebuah negara yang mengangkat isu pelanggaran HAM Papua saat Sidang Umum PBB (United Nations General Assembly/UNGA) pada Sabtu (26/9/2020).

Diplomat muda Kemenlu, Silavny Austin Pasaribu menegaskan, Vanuatu bukanlah perwakilan dari masyarakat Papua dan tak perlu lagi mencampuri urusan dalam negeri Indonesia.

Sebagai informasi, dalam setiap kesempatan di Sidang Umum PBB, pemerintah Vanuatu selalu menyinggung isu dugaan pelanggaran HAM di Papua.

Vanuatu sendiri merupakan negara mungil berbentuk kepulauan yang berada di Pasifik yang bertetangga dengan Fiji dan Kaledonia Baru. Luas keseluruhan daratan dan lautnya hanya 12.189 kilometer persegi dengan jumlah penduduknya kurang dari 300 ribu jiwa. 

Lalu, bagaimana kondisi ekonomi Vanuatu?

Baca juga: Gurita Bisnis Tommy Soeharto, Sang Pangeran Cendana

Mengutip laporan yang dirilis Asian Development Bank (ADB) pada Selasa (29/9/2020), ekonomi Vanuatu sangat bergantung pada sektor pariwisata. ADB sendiri sejauh ini jadi salah satu lembaga donatur untuk negara tersebut.

Pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi negara itu mencapai 3 persen. Meski demikian, angka pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tersebut turun dibandingkan 2 tahun sebelumnya yang masing-masing sebesar 3,2 persen dan 4,4 persen. 

Lesunya ekonomi Vanuatu disebabkan oleh rusaknya sektor pertanian dan pariwisata karena dilanda Badai Tropis Hola dan meletusnya gunung berapi di Pulau Ambae. Sebelum adanya pandemi virus corona, pertumbuhan ekonomi tahun 2020 diproyeksikan ADB sebesar 2,8 persen.

Sektor pertanian negara ini banyak ditopang dari Kopra yang jadi komoditas andalannya. Komoditas ekspor lainnya yakni minyak kelapa, dan buah kelapa.

Baca juga: Kisah Nauru, Negara Kaya Raya yang Kini Jatuh Miskin

Mengandalkan turis asing

Sementara sektor pariwisata yang jadi penyumbang ekonomi terbesar menggantungkan kedatangan turis asing dari Australia, Kaledonia Baru, dan Selandia Baru.

Pada tahun 2017, tercatat ada 357.400 wisatawan asing yang melancong ke Vanuatu. Alam eksotik negara pulau ini memang memiliki daya tarik yang menawarkan pantai tropis Pasifik dan gunung-gung berapi di sejumlah pulaunya.

Letak Vanuatu yang berada di tumbukan Lempeng Pasifik dan Lempeng Australia membuat negara ini jadi rumah bagi banyak gunung api aktif, termasuk gunung api di bawah samudra.

Salah satunya Gunung Yasur yang aksesnya cukup mudah dan keindahan dari aktivitas vulkaniknya bisa dinikmati pada malam hari. Keindahan koral Vanuatu juga jadi penarik para wisatawan asing datang ke negara ini.

Baca juga: Mobil Listrik Makin Diminati, Penjualan di Indonesia Mengalami kenaikan

Para turis asing ini datang ke Vanuatu lewat kapal-kapal pesiar, sebagian lainnya menggunakan penerbangan langsung. Vanuatu bersama dengan beberapa negara Pasifik lain memang sangat mendalkan kunjungan wisatawan dari kapal pesiar. Sektor pariwisata menyumbang sekitar 45 persen dari PDB di tahun 2018. 

Negara ini cukup baik dalam mengelola pariwisatanya dengan melibatkan penduduk lokal. Hampir semua tanah di Vanuatu berstatus adat yang dimiliki secara komunal sehingga dilarang untuk diperjualbelikan kepada investor asing.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com