Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investor Domestik Sudah Kuasai Bursa Saham RI

Kompas.com - 22/12/2020, 15:55 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah menyentuh level 6.146,65 di awal perdagangan pagi ini, Selasa (22/12/2020).

Kondisi ini semakin membaik usai IHSG sempat terpuruk di kisaran 4.000.

Bila ditelisik lebih jauh, tren bullish pergerakan IHSG terjadi saat aliran modal asing masih terus ke luar dari pasar keuangan Indonesia.

Baca juga: Awal Sesi, IHSG dan Rupiah Melemah

Bank Indonesia (BI) mencatat, hingga 17 Desember 2020, aliran modal asing masih keluar sekitar Rp 140 triliun.

Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer mengatakan, tren bullish IHSG dipengaruhi oleh dominasi investor domestik di pasar keuangan.

Dominasi investor tak lepas dari banjirnya likuiditas.

Jika pada krisis keuangan tahun 2009 silam hanya bank sentral AS dan Eropa yang melakukan injeksi likuiditas, kini hampir seluruh bank sentral di dunia melakukan hal serupa, termasuk Bank Indonesia.

"Sebenarnya partisipasi domestik itu naik signifikan sekali. Jadi suatu hal yang sangat baik, akhirnya kita tidak bergantung sama asing lagi pasar saham Indonesia," kata Joezer dalam paparan virtual Proyeksi Ekonomi Bank Mandiri, Selasa (22/12/2020).

Baca juga: IHSG Bakal Terus Melaju? Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Tercatat hingga 15 Desember 2020, BI telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sekitar Rp 694,87 triliun, terutama bersumber dari penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) sekitar Rp 155 triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp 524,07 triliun.

"Ini fenomena yang menarik. Banyak sekali negara melakukan quantitative easing, di mana suplai uang berlebih tapi real sector belum kemana-mana, tapi uangnya sudah berlimpah likuiditasnya," ucap Joezer.

Joezer mengungkap, masuknya investor domestik mulai meningkat sejak Juli 2020, saat Imbal hasil obligasi tenor satu tahun dan suku bunga deposito rendah.

Alhasil, para investor ini mencari instrumen dengan imbal hasil tinggi, salah satunya di pasar saham yang tengah "diskon".

"Langsung mungkin uang itu berbondong-bondong mencari imbal hasil yang lebih baik. Mungkin (berinvestasi di sektor) properti orang (masih) khawatir, jadi beli ke saham," kata Joezer.

Baca juga: Investasi Apa Saja yang Menarik pada 2021?

Terkait sehat atau tidaknya kondisi pasar saham saat ini, Joezer bilang investor ritel domestik ini masuk pula ke saham-saham bluechip dengan berbagai perhitungan.

"Apakah ini healthy atau tidak? Bukan berarti tutup mata lalu beli, saya lihat banyak juga tolak ukurnya, (investor) melihat angle dari perusahaan tersebut, sektornya, tingkat suku bunganya, valuasinya. Jadi kita lihat ini di-drive oleh ritel investor karena likuiditasnya sangat berlimpah," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Whats New
478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Whats New
Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Earn Smart
Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Earn Smart
Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Whats New
Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Earn Smart
Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Whats New
Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema 'Part Manufacturer Approval'

Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema "Part Manufacturer Approval"

Whats New
Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Whats New
Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Earn Smart
Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Whats New
Harga Emas Terbaru 11 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 11 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 11 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni

Harga Bahan Pokok Sabtu 11 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni

Whats New
Pembinaan Berkelanjutan Sampoerna Diapresiasi Stafsus Presiden dan Kemenkop UKM

Pembinaan Berkelanjutan Sampoerna Diapresiasi Stafsus Presiden dan Kemenkop UKM

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com