SAMPAI saat ini, ketika artikel ini saya tulis, belum pernah saya kontak langsung (empat mata) dengan Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan 2014 - 2019. Kontak lewat dunia maya terjadi setelah menjelang akhir 2020 lalu saya menulis artikel berjudu “Yth Bapak Presiden ”.
Ketika itu, Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho (Inu) mengatakan kepada saya Bu Susi Pudjiastuti tanya tentang buku yang saya kutip untuk tulisan saya di Kompas.com.
Kemudian lewat WhatsApp (WA) saya kontak Susi Pudjiastuti dan mengirimkan artikel berjudul Yth Bapak Presiden tersebut. Beliau hanya menjawab :”Artikel bagus Pak.” Hanya itu kontak saya lewat dunia maya akhir tahun lalu.
Ketika nama Susi Pudjiastuti tidak masuk lagi dalam susunan kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo periode kedua, WA saya dipenuhi pesan dari teman-teman yang menyatakan penyesalan mereka.
Baca juga: Cerita Susi Pudjiastuti Blokir Twitter Sandiaga Uno
Beberapa cerita kecil bernada jenaka (canda, kelakar) tentang mantan menteri perempuan dari Pangandaran, Jawa Barat, ini saya dengar dan catat dalam benak saya hingga kini. Pertama saya dengar dari Wakil Presiden (2004 - 2009 dan 20014 -2019), Jusuf Kalla.
Cerita JK di kediamannya di Jalan Dharma Wangsa, Jakarta, menjelang akhir 2014 ini sengaja tidak saya tulis dalam artikel saya ini.
Kemudian dari sahabat saya, Teten Masduki atau Kang Teten (sekarang menteri koperasi, usaha kecil dan menengah). Awal tahun 2015, Kang Teten dalam suatu pertemuan kecil dan santai menceritakan suasana canda santai antara Presiden Jokowi dan Wapres JK dalam sidang kabinet.
Menurut Kang Teten hal yang dibicarakan secara santai itu adalah tato Susi Pudjiastuti yang waktu itu juga hadir dalam pertemuan menteri itu. Rincian cerita Kang Teten juga sengaja tidak saya tulis di sini.
Ada lagi catatan yang saya simpan di hati tentang cerita jenaka tentang Susi Pudjiastuti. Puan Maharani, ketika masih menjabat menteri koordinator bidang pembangunan manusia dan kebudayaan, pernah bercerita ketika dalam suatu acara, Susi tiba-tiba menceburkan diri ke air (kalau tidak salah di pantai). Lalu Puan bertanya, “Kenapa sih Tante Susi nyebur.” “Beliau bilang kebelet pis (kencing),” cerita Puan.
Bahasa Inggris, Jawa, dan Sunda
Saat ini di youtube sedang tayang wawancara Inu dengan Susi Pudjiastuti. Saya catat beberapa hal menarik percakapan santai antara Inu dan Susi di wilayah pantai Pangandaran ini .
Percakapan kadang-kadang diselingi dengan deru pesawat terbang yang melintas di atas mereka. Susi pun sempat mendongak ke atas langit sambil berseru :”daaag”.
Dalam percakapan ini Susi banya menggunakan bahasa Inggris dengan aksen Pangandaran.
Ketika saya tanya lewat pesan WA hari Rabu, 27 Januari 2021, perempuan hebat ini mengatakan dengan polos dan lugu,”Harusnya bahasa Indonesia lebih banyak, tapi kalau santai ya begitu saya.”
“Di Pangandaran, terbiasa pakai bahasa Sunda, Jawa ,dan Inggris. Bahasa Indonesianya, jarang dipakai, “ kata Susi yang kini lebih banyak tinggal di tempat tinggalnya di Pangandaraan.
Di masa pandemi ini, ia mengaku lebih banyak tinggal di rumahnya di Pangandaran, seminggu sekali atau dua kali ke Jakarta.