Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Terjerat Rentenir, PP Muhammadiyah: Bangun Koperasi Syariah di Desa

Kompas.com - 26/03/2021, 07:37 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Muhammadiyah mengingatkan pentingnya keberadaan koperasi syariah atau Baitul Mal Wattamwil (BMT) maupun Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTW) di tingkat jorong dan desa maupun kelurahan.

Ketua Bidang Ekonomi PP Muhammadiyah, Anwar Abbas mengatakan, keberadaan BMT dan BTM itu akan sangat berarti bagi para para pelaku usaha mikro dan ultra mikro saat membutuhkan dana tambahan, utamanya setelah diserang pandemi Covid-19.

Untuk itu pihaknya mengimbau pemerintah daerah termasuk bupati dan walikota mendirikan BMT dan BTM di desa-desa maupun di pusat ekonomi seperti pasar.

Baca juga: 5 Juta Pelaku Usaha Mikro di RI Masih Terjerat Pinjaman Rentenir

"Bersama-sama dengan elemen-elemen masyarakat membentuk koperasi syariah atau BMT dan BTM di tingkat jorong atau desa/kelurahan," kata Anwar kepada Kompas.com, Jumat (26/3/2021).

Anwar menuturkan, keberadaan koperasi syariah akan sangat membantu masyarakat lemah keluar dari himpitan serta lilitan utang para rentenir.

Tak dapat dipungkiri, masih banyak masyarakat lapis bawah di level pelaku usaha ultra mikro mengandalkan lintah darat karena ketiadaan dana untuk memulai kembali usahanya.

Masyarakat di lapis bawah ini pun tak semuanya memiliki akses pendanaan ke perbankan.

"Karena ada persyaratan-persyaratan yang harus mereka penuhi, sementara mereka jelas-jelas tidak akan mampu memenuhi ketentuan dan persyaratan tersebut, apalagi mereka butuh dana yang sifatnya cepat dan mudah," tutur Anwar.

Baca juga: DPR Sebut Holding Ultra Mikro Bisa Bebaskan Masyarakat dari Rentenir

Padahal, jika dihitung-hitung, bunga lintah darat ini sangat menguras kantong.

Rentenir meminta bunga sekitar 20-50 persen untuk tenor 10 minggu.

Artinya jika meminjam dana Rp 1 juta, maka debitur harus mengembalikan antara Rp 1,2 juta hingga Rp 1,5 juta dalam waktu 10 minggu.

Jika dihitung tenor setahun, tak heran suku bunganya melonjak sangat tinggi antara 100-250 persen.

"Sebuah angka yang sangat tinggi sehingga masyarakat tidak salah menyebut mereka dengan istilah lintah darat, yang menghisap dan menguras tenaga orang lain untuk mendapatkan sebesar-besar keuntungan," ungkap Anwar.

Baca juga: Pakai BWM, Jokowi Mau Hapus Praktik Rentenir

Oleh karena itu, pemerintah perlu turun tangan memberantas lintah darat.

Hal ini sesuai dengan amanat konstitusi UUD 1945, yakni melindungi dan menyejahterakan rakyat.

"Maka untuk itu pemerintah harus hadir dan tidak boleh membiarkan masalah ini berlama-lama, apalagi di tengah pandemi Covid-19," pungkas Anwar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com