Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Terduga, Ekonomi Singapura Tumbuh 0,2 Persen di Kuartal I-2021

Kompas.com - 14/04/2021, 12:27 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

Sumber CNBC

SINGAPURA, KOMPAS.com - Ekonomi Singapura tumbuh positif untuk pertama kalinya sejak wabah Covid-19.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura, ekonomi negara itu tumbuh 0,2 persen di kuartal I-2020 secara tahunan.

Laporan ini berbanding terbalik dengan hasil survei Reuters yang memperkirakan ekonomi Singapura bakal turun 0,2 persen sepanjang Januari-Maret 2021.

Baca juga: 4 Jurus agar Bisnis Tak Hancur Lebur di Masa Resesi

Bila dilihat secara kuartalan, ekonomi Singapura tumbuh sebesar 2 persen dari kuartal IV-2020 yang terkontraksi sebesar 2,4 persen.

Kementerian menyebut, pertumbuhan ekonomi Singapura ditopang aktivitas sektor manufaktur yang kuat.

Industri penghasil barang tumbuh 3,3 persen dari tahun lalu, dibantu oleh ekspansi 7,5 persen dalam output manufaktur.

Sementara, pada sektor konstruksi masih alami kontraksi sebesar 20,2 persen, tetapi lebih baik dari kontraksi di kuartal sebelumnya yang sebesar 27,4 persen.

Pada industri jasa juga alami kontraksi sebesar 1,2 persen secara tahunan.

Baca juga: Meski Resesi, Menkeu Klaim Ekonomi RI Lebih Baik dari Negara G20 Lain

Ekonom Capital Economics Alex Holmes mengatakan, ekonomi Singapura harus terus pulih di kuartal selanjutnya.

Tentu untuk mencapainya perlu ada pelonggaran pembatasan perjalanan.

Menurut dia, pembukaan kembali pembatasan secara bertahap akan mendorong pemulihan, terutama pada sektor penerbangan, riil, dan perhotelan yang selama ini sudah sangat tertekan.

“Sektor ekspor akan tetap kuat, di dukung oleh permintaan global yang tinggi untuk semikonduktor, peralatan manufaktur yang canggih dan komponen farmasi,” kata Holmes seperti dikutip dari CNBC, Rabu (14/4/2021).

Singapura melaporkan resesi ekonomi terburuknya pada tahun lalu yang terkontraksi 5,4 persen.

Baca juga: Mengenal Arti Resesi: Penyebab, Dampak, dan Contoh Resesi Indonesia

Pelemahan ini akibat kebijakan pembatasan wilayah yang terjadi secara global sehingga menurunkan aktivitas perekonomian.

Dalam pernyataan terpisah, Otoritas Moneter Singapura atau Monetary Authority of Singapore (MAS) menyatakan, akan tetap mempertahankan kebijakannya yakni menjaga tingkat apresiasi dolar Singapura di kisaran 0 persen per tahun.

MAS mengatakan meskipun ekonomi Singapura akan terus tumbuh, tetapi sejumlah sektor yang paling parah terkena krisis Covid-19 akan terus berjuang untuk bisa bertahan.

Sementara, inflasi inti diperkirakan akan naik secara bertahap dan berada di kisarani 0 persen-1 persen pada tahun ini.

Baca juga: Wapres Imbau Masyarakat Berkontribusi Kembangkan Ekonomi Syariah

MAS pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi Singapura di 2021 akan melebihi batas atas proyeksi resmi yang di kisaran 4 persen-6 persen, kecuali terjadi kemunduran pada ekonomi global.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com