Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Sapi Australia Diramal Turun Tengah Tahun Ini, Bagaimana dengan Kelanjutan Impor?

Kompas.com - 28/04/2021, 16:13 WIB
Kiki Safitri,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Harga daging sapi dan sapi hidup asal Australia diprediksi akan turun pada tengah tahun ini, menyusul kenaikan populasi ternak sapi di Australia.

Ini menjadi angin segar bagi Indonesia 36 persen kebutuhan sapi di Indonesia dipenuhi oleh Australia dalam bentuk daging sapi dan sapi hidup.p

Chris Tinning, Co-chair Partnership dari Australia mengatakan, harga sapi bakalan Australia akan menurun pada semester kedua tahun 2021 ini, seiring dengan mulai pulihnya tingkat pertumbuhan populasi ternak Australia.

Baca juga: Belum Bisa Swasembada, Peternak Lokal Didorong Penggemukan Sapi Australia

“Saat ini, dengan kondisi cuaca dan lingkungan yang lebih mendukung, para peternak Australia tengah melakukan repopulasi ternak. Kami memperkirakan harga akan berubah pada semester kedua tahun 2021, seiring repopulasi dan kembali stabilnya jumlah kawanan ternak,” KATA Chris dalam virtual konferensi, Rabu (28/4/2021).

Di sisi lain, dengan repopulasi ternak di Australia tentu akan meningkatkan kompetisi antar-peternak, pemasok, ekspotir dan agen lainnya untuk mendapatkan sapi Australia dari sumber populasi ternak yang jumlahnya sedang terbatas. Hal ini dinilai dapat mendorong kenaikan harga ekspor sapi bakalan.

Dr Riyatno, Co-Chair Partnership dari Indonesia, menyatakan pemerintah Indonesia bertekad untuk memenuhi kebutuhan daging sapi nasional, terutama pada bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri. Mengingat kondisi yang terjadi di Australia, pemerintah Indonesia mencari alternatif untuk mencukupi kebutuhan domestik.

Caranya yakni dengan memperluas impor ke negara lain, seperti Brasil dan Meksiko untuk impor sapi, dan India untuk substitusi daging kerbau.

“Pemerintah Indonesia akan berupaya memenuhi kebutuhan daging sapi nasional dengan memperluas pasokan domestik dan juga memperluas akses impor dari negara lain, seperti Meksiko dan Brazil. Namun, saya percaya, Australia akan tetap menjadi mitra terbesar dan pilihan kami di sektor ini,” jelas Riyanto.

Ryanto mengatakan, Indonesia telah meningkatkan ketentuan batasan importasi daging kerbau India menjadi 80.000 ton untuk tahun 2021, dan daging sapi Brasil sebesar 20.000 ton. Impor ini diharapkan akan secara efektif menutup sebagian permintaan dalam negeri untuk daging yang lebih terjangkau.

Baca juga: Alasan Indonesia Terus Impor Daging Sapi Meski Populasinya Banyak

Bedasarkan laporan OECD-FAO, diperkirakan konsumsi daging sapi Indonesia akan tumbuh sekitar 7 persen per tahun. Valeska, Chief Representative Meat & Livestock Australia untuk Indonesia mengatakan, untuk mencukupi kebutuhan daging sapi segar di Indonesia, selain mengandalkan produksi sapi lokal, Indonesia akan perlu memenuhi kebutuhan tersebut dari segi impor.

“Kami yakin Australia dapat mendukung hal tersebut untuk secara konsisten menyediakan daging sapi yang segar, berkualitas, aman bagi konsumen Indonesia,” ujar Valeska.

Sebagai informasi, Impor sapi hidup dari Australia ke Indonesia merosot pada tahun 2020, dikarenakan kenaikan harga sapi bakalan yang menembus rekor tertinggi sepanjang 20 tahun terakhir. Padahal 36 persen kebutuhan daging sapi di Indonesia, bergantung pada impor sapi asal Australia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com