Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erick Thohir Janji akan Selesaikan Kasus Korupsi di Krakatau Steel

Kompas.com - 28/09/2021, 14:51 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk memiliki utang sebesar Rp 31 triliun. Menurutnya, utang itu sekaligus mengindikasikan bahwa pernah ada tindakan korupsi pada perseroan.

Ia menjelaskan, indikasi korupsi ini terdapat pada proyek pembangunan pabrik baja sistem tanur tinggi (blast furnace) yang memakan dana sebesar 850 juta dollar AS atau sekitar Rp 12,16 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per dollar AS).

Pabrik yang proyek pembangunannya dimulai dari 2012 itu, mulanya ditargetkan beroperasi di 2015, namun pada akhirnya dinyatakan gagal di akhir 2019 lalu. Alhasil, dari proyek ini membuat utang menumpuk hingga mencapai 2 miliar dollar AS atau Rp 31 triliun.

Baca juga: Ini Strategi Krakatau Steel Cetak Laba usai Merugi selama 8 Tahun

"Krakatau Steel itu punya utang 2 miliar dollar AS, salah satunya karena investasi 850 juta dollar AS ke proyek blast furnace yang hari ini mangkrak. Ini hal-hal yang tidak bagus dan pasti ada indikasi korupsi," ujar Erick dalam webinar Bangkit Bareng, Selasa (28/9/2021).

Oleh sebab itu, ia memastikan, terkait indikasi korupsi yang membuat perusahaan merugi tersebut, akan terus dikejar dan diselesaikan secara hukum. Sehingga pihak-pihak yang terlibat juga bisa diminta pertanggungjawabannya.

"Kita akan kejar siapa pun yang merugikan, karena ini kembali bukannya kita ingin menyalahkan, tapi penegakan hukum kepada bisnis proses yang salah harus perbaiki," ungkapnya.

Ia menjelaskan, untuk bisa membayarkan utang yang melibatkan 10 bank nasional, swasta nasional dan asing tersebut, perusahaan baja pelat merah ini pun melakukan restrukturisasi keuangan.

Berhasil Raih Laba

Hingga akhirnya berhasil menurunkan beban bunga dari sebelumnya mencapai 847 juta dollar AS menjadi 466 juta dollar AS atau turun 45 persen.

Selain itu, perusahaan juga berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 800 miliar pada akhir Agustus 2021, naik signifikan dari laba bersih di Agustus 2020 yang sebesar Rp 67 miliar.

Sejalan dengan restrukturisasi tersebut, perseroan juga memiliki dua strategi untuk meningkatkan pendapatan. Pertama melalui pembentukan subholding untuk kawasan industri Krakatau Steel.

Baca juga: Hingga Juli 2021, Krakatau Steel Kantongi Laba Bersih Rp 609 Miliar

"Ini supaya integrasi air, listrik, lahan, dan lain-lain di kawasan industri itu, dikelola secara profesional. Nantinya ini akan kita go public-an, supaya ada funding baru untuk cicil utang 2 miliar dollar AS tadi," kata dia.

Selain itu, perseroan juga sedang berupaya menegosiasikan dengan Posco Korea untuk kepemilikan saham di Krakatau Posco bisa meningkat, tidak lagi menjadi pemegang saham minoritas melainkan 50:50. Menurutnya, sejauh ini sudah mulai terlihat bahwa kesepakatan kepemilikan saham 50 persen bisa tercapai.

"Partnership dengan Posco ini yang sudah berlangsung baik selama 7 tahun ini, net incomenya itu positif. Kemarin sedang negosiasi untuk ada kesepakatan naik jadi 50:50 kepemilikan sahamnya, sebenarnya mereka enggak mau juga boleh saja, tetapi inilah pendekatan b to b yang dilakukan kita secara profesional," pungkas Erick.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com