Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iuran JKK BPJS Ketenagakerjaan: Rincian hingga Denda Keterlambatan

Kompas.com - 24/11/2021, 15:41 WIB
Muhammad Choirul Anwar

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Apa itu potongan JKK? Iuran JKK berapa? Berapa iuran per bulan BPJS Ketenagakerjaan? Berapa iuran BPJS Ketenagakerjaan bukan penerima upah?

Pertanyaan semacam itu masih kerap mencuat di kalangan pembaca terkait program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) BPJS Ketenagakerjaan.

JKK adalah manfaat berupa uang tunai dan/ atau pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat peserta mengalami kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.

Baca juga: Simak, Ini Tabel Santunan Kecelakaan Kerja BPJS Ketenagakerjaan

Ketentuan terkait rincian iuran JKK BPJS Ketenagakerjaan diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian,

Iuran JKK BPJS Ketenagakerjaan bagi peserta Penerima Upah (PU) dikelompokkan dalam 5 kelompok tingkat risiko lingkungan kerja, meliputi:

  • tingkat risiko sangat rendah: 0,24 persen dari upah sebulan;
  • tingkat risiko rendah: 0,54 persen dari upah sebulan;
  • tingkat risiko sedang: 0,89 persen dari upah sebulan;
  • tingkat risiko tinggi: 1,27 persen dari upah sebulan; dan
  • tingkat risiko sangat tinggi: 1,74 persen dari upah sebulan.

Besar iuran JKK BPJS Ketenagakerjaan bagi setiap perusahaan ditetapkan oleh BPJS Ketenagakerjaan dengan berpedoman pada kelompok tingkat risiko lingkungan kerja.

Siapa yang bayar iuran JKK BPJS Ketenagakerjaan?

Iuran JKK BPJS Ketenagakerjaan PU wajib dibayar oleh pemberi kerja selain penyelenggara negara. Adapun upah yang dijadikan dasar pembayaran Iuran bagi peserta penerima upah adalah upah sebulan.

Baca juga: Ini Syarat dan Cara Klaim JKK BPJS Ketenagakerjaan

Upah sebulan yang dimaksud terdiri atas upah pokok dan tunjangan tetap. Apabila upah dibayarkan secara harian maka upah sebulan sebagai dasar pembayaran iuran dihitung dari upah sehari dikalikan 25.

Sementara itu, jika upah dibayarkan secara borongan atau satuan hasil, maka upah sebulan sebagai dasar pembayaran Iuran dihitung dari upah rata-rata 3 bulan terakhir.

Kemudian bila pekerjaan tergantung pada keadaan cuaca yang upahnya didasarkan pada upah Borongan, maka upah sebulan sebagai dasar pembayaran iuran dihitung dari upah rata-rata 12 bulan terakhir.

Iuran JKK BPU

Iuran JKK bagi peserta Bukan Penerima Upah (BPU) didasarkan pada nilai nominal tertentu dari penghasilan peserta.

Berikut rincian iuran JKK BPJS Ketenagakerjaan BPU selengkapnya:

  • Penghasilan sampai dengan 1.099.000: Rp 10.000
  • Penghasilan Rp 1.100.000 - 1.299.000: Rp 12.000
  • Penghasilan Rp 1.300.000 - 1.499.000: Rp 14.000
  • Penghasilan Rp 1.500.000 - 1.699.000: Rp 16.000
  • Penghasilan Rp 1.700.000 - 1.899.000: Rp 18.000
  • Penghasilan Rp 1.900.000 - 2.099.000: Rp 20.000
  • Penghasilan Rp 2.100.000 - 2.299.000: Rp 22.000
  • Penghasilan Rp 2.300.000 - 2.499.000: Rp 24.000
  • Penghasilan Rp 2.500.000 - 2.699.000: Rp 26.000
  • Penghasilan Rp 2.700.000 - 3.199.000: Rp 29.500
  • Penghasilan Rp 3.200.000 - 3.699.000: Rp 34.500
  • Penghasilan Rp 3.700.000 - 4.199.000: Rp 39.500
  • Penghasilan Rp 4.200.000 - 4.699.000: Rp 44.500
  • Penghasilan Rp 4.700.000 - 5.199.000: Rp 49.500
  • Penghasilan Rp 5.200.000 - 5.699.000: Rp 54.500
  • Penghasilan Rp 5.700.000 - 6.199.000: Rp 59.500
  • Penghasilan Rp 6.200.000 - 6.699.000: Rp 64.500
  • Penghasilan Rp 6.700.000 - 7.199.000: Rp 69.500
  • Penghasilan Rp 7.200.000 - 7.699.000: Rp 74.500
  • Penghasilan Rp 7.700.000 - 8.199.000: Rp 79.500
  • Penghasilan Rp 8.200.000 - 9.199.000: Rp 87.000
  • Penghasilan Rp 9.200.000 - 10.199.000: Rp 97.000
  • Penghasilan Rp 10.200.000 - 11.199.000: Rp 107.000
  • Penghasilan Rp 11.200.000 - 12.199.000: Rp 117.000
  • Penghasilan Rp 12.200.000 - 13.199.000: Rp 127.000
  • Penghasilan Rp 13.200.000 - 14.199.000: Rp 137.000
  • Penghasilan Rp 14.200.000 - 15.199.000: Rp 147.000
  • Penghasilan Rp 15.200.000 - 16.199.000: Rp 157.000
  • Penghasilan Rp 16.200.000 - 17.199.000: Rp 167.000
  • Penghasilan Rp 17.200.000 - 18.199.000: Rp 177.000
  • Penghasilan Rp 18.200.000 - 19.199.000: Rp 187.000
  • Penghasilan Rp 19.200.000 - 20.199.000: Rp 197.000
  • Penghasilan Rp 20.200.000 dan seterusnya: Rp 207.000

Baca juga: Berapa Uang Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan? Ini Rinciannya

Besar iuran JKK BPJS Ketenagakerjaan tersebut dipilih oleh peserta sesuai penghasilan peserta setiap bulan.

Denda keterlambatan iuran JKK BPJS

Lebih lanjut, pemberi kerja selain penyelenggara negara wajib membayar iuran setiap bulan, paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dari bulan iuran yang bersangkutan dengan melampirkan data pendukung seluruh pekerja dan dirinya. Apabila tanggal 15 jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya.

Keterlambatan pembayaran Iuran bagi pemberi kerja selain penyelenggara negara dikenakan denda sebesar 2 persen untuk setiap bulan keterlambatan yang dihitung dari iuran yang seharusnya dibayar oleh pemberi kerja selain penyelenggara negara.

Denda akibat keterlambatan pembayaran iuran ditanggung sepenuhnya oleh pemberi kerja selain penyelenggara negara dan pembayarannya dilakukan sekaligus bersama-sama dengan penyetoran iuran bulan berikutnya.

Baca juga: Cara dan Syarat Klaim Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan 2021

Sementara itu, peserta bukan penerima upah wajib membayar iuran yang menjadi kewajibannya. Pembayaran iuran dapat dilakukan secara sendiri-sendiri, melalui wadah, atau kelompok tertentu yang dibentuk oleh peserta.

Pembayaran iuran juga dilakukan setiap bulan, paling lambat tanggal 15 bulan Iuran yang bersangkutan. Apabila tanggal 15 jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Whats New
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Whats New
Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com