Kemenperin Bakal Lanjutkan PPnBM 0 Persen Secara Permanen

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian berencana melanjutkan program PPnBM 0 persen secara permanen untuk produk otomotif dengan local purchase yang sudah mencapai 80 persen.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengatakan, saat ini pemerintah sedang mempersiapkannya secara berhati-hati dengan memperhitungkan cost and benefit.

“Pemerintah sedang mempersiapkannya secara berhati-hati dengan memperhitungkan cost and benefit, serta menyusun time frame-nya,” kata Agus dalam siaran persnya, dikutip Kompas.com, Jumat (10/12/2021).

Baca juga: Pemerintah Kaji Perpanjangan Diskon PPnBM Mobil 100 Persen pada 2022

Menperin menuturkan, industri otomotif merupakan salah satu sektor terpenting dan sebagai kontributor utama terhadap PDB.

Saat ini, terdapat 21 perusahaan industri kendaraan bermotor roda empat atau lebih dengan kapasitas produksi sebesar 2,35 juta unit per tahun, dengan menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 38.000 orang.

Sementara total investasi yang telah tertanam mencapai Rp 140 triliun, dan memberikan penghidupan kepada 1,5 juta orang yang bekerja di sepanjang rantai nilai industri tersebut.

”Saya sangat bangga, bahwa saat ini produk otomotif kita telah berhasil diekspor ke lebih dari 80 negara. Selama Januari-Oktober 2021 tercatat sebanyak 235.000 unit kendaraan CBU dengan nilai sebesar Rp 43 triliun, 79.000 set CKD dengan nilai sebesar Rp 1 triliun, dan 72 juta unit komponen dengan nilai sebesar Rp 24 triliun,” papar Agus.

Baca juga: Produksi Mobil Lampaui Target, Penjualan Naik 71 Persen

Ia menambahkan, pemerintah menargetkan pada tahun 2025, ekspor kendaraan CBU dapat mencapai 1 juta unit.

Menurut dia, hal ini hanya bisa tercapai apabila semua pihak berkolaborasi dalam peningkatan efisiensi produksi dan daya saing produk melalui implementasi industri 4.0, penciptaan iklim usaha yang kondusif melalui harmonisasi dan sinkronisasi regulasi di sektor otomotif.

”Belajar dari pengalaman industri ini selama beberapa dekade, ada satu hal terpenting, yaitu komitmen dari principal untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi yang berorientasi ekspor,” ujar Agus.