Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seberapa Kaya VOC hingga Jadi Cikal Bakal Penjajahan Belanda?

Kompas.com - 16/01/2022, 10:41 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Sejarah mencatat, salah satu perusahaan terkaya yang pernah eksis di dunia adalah sebuah perusahaan dagang bernama Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

Di Tanah Air, nama VOC bisa dibilang begitu familiar lantaran ikatan sejarah Indonesia pra-kemerdekaan. VOC yang kerap diidentikan dengan kompeni ini adalah perusahaan kongsi dagang Belanda yang dulunya bermarkas di Amsterdam dan Batavia (kini Jakarta).

Pada abad ke-16, VOC lahir dari merger 4 perusahaan dagang, yakni Brabantsche Compagnie, Compagnie van Verre, Compagnie can De Moucheron, dan Veerse Compagnie. 

Oleh pemerintah Kerajaan Belanda, keempat perusahaan itu dijadikan satu untuk menghindari persaingan antar-perusahaan Negeri Kincir Angin di kawasan Hindia Timur.

Baca juga: Sejarah Gedung Sarinah, Dibangun Soekarno dari Pampasan Perang Jepang

Bisnis VOC

Dilansir dari Business Insider, bisnis utama VOC yakni mencari sumber daya, terutama rempah-rempah di Nusantara, dan kemudian memperdagangkannya ke pasar Eropa.

Dalam praktiknya, VOC yang juga dikenal memiliki ribuan tentara bayaran ini, memaksakan monopoli perdagangan rempah kepada para penguasa di Nusantara.

VOC kerap menggunakan senjata untuk memuluskan kegiatan bisnisnya. Keunikan VOC, meski berstatus sebagai perusahaan dagang, organisasi bisnis ini juga memiliki tentara dan armada kapal, sehingga bisa menguasai banyak wilayah di Timur. 

Itu sebabnya, saat perusahaan ini runtuh, VOC mewariskan daerah kekuasannya ke pemerintah Belanda. Hal ini yang menjadikannya cikal bakal kolonialisme Belanda di Nusantara yang kemudian namanya menjadi Hindia Belanda.

Baca juga: Ironi Gula, Eksportir Era Hindia Belanda, Jadi Importir Usai Merdeka

VOC diberikan hak istimewa oleh Kerajaan Belanda untuk melakukan monopoli dan perhubungan penguasa-penguasa di Nusantara, termasuk memerangi penguasa setempat apabila dianggap tidak bersikap kooperatif. 

Kewenangan-kewenangan istimewa inilah yang membuat VOC dengan cepat berkembang menjadi perusahaan raksasa dan meraup keuntungan besar dari perdagangan rempah-rempah.

Batavia pada masa pendudukan VOC (1754).Wikimedia Commons/Johannes van Ryne Batavia pada masa pendudukan VOC (1754).

Bisnis lain VOC adalah perdagangan manusia. VOC diperkirakan telah mengangkut, atau lebih tepatnya mengungsikan sebanyak 50.000 orang dari Afrika untuk dipekerjakan sebagai budak di koloninya.

Baca juga: Mengapa Pemerintah Hindia Belanda Melaksanakan Tanam Paksa?

Selain menguasai daerah koloni, sebagai perusahaan multunasional, VOC juga memiliki benteng dan kantor dagang di beberapa negara seperti Jepang, Persia, India, Afrika Selatan, dan Sri Lanka.

VOC sendiri berumur sekitar 200 tahun, perusahaan dagang ini kolaps. Asetnya kemudian dialihkan ke pemerintah Kolonial Belanda.

Kebangkrutan VOC

Perusahaan mulai merosot di abad ke-18. Korupsi akut disebut-sebut jadi alasan utama ambruknya VOC. Korupsi begitu menggerogoti perusahaan ini dari level atas sampai paling bawah.

Di Batavia yang jadi kantor pusatnya, praktik jual beli jabatan sangat umum di kalangan pejabat VOC.  Sogokan wajib diberi jika seseorang ingin menjadi pegawai atau mendapat jabatan penting.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com