Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Perang Rusia-Ukraina Bikin Harga Pangan, Energi, dan Logam Bengkak

Kompas.com - 13/04/2022, 11:11 WIB
Fika Nurul Ulya,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, perang antara Rusia-Ukraina memicu ketidakpastian dan menekan pemulihan ekonomi global.

Akibatnya, perang membuat sejumlah harga komoditas, mulai dari harga pangan, energi, dan logam membengkak, di tengah masih terhambatnya rantai pasok akibat pandemi Covid-19.

Kenaikan harga ini juga dirasakan di dalam negeri, terlihat dari harga gandum, bensin (BBM), listrik, dan elpiji yang naik.

Baca juga: Gara-gara Perang Rusia-Ukraina, Aliran Modal Asing Keluar 1,3 Miliar Dollar AS dari RI

"Peperangan telah memicu kenaikan harga komoditas global secara sangat signifikan terutama komoditas energi pangan dan logam dan ini berdampak pada meningkatnya inflasi global," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) secara virtual di Jakarta, Rabu (13/4/2022).

Bendahara negara ini menjelaskan, perang membuat perbaikan ekonomi global akan mengalami tekanan disertai volatilitas pasar keuangan yang meningkat.

Akibat perang, ekspektasi yang tadinya positif terhadap pemulihan ekonomi global seiring dengan meredanya Covi-19, harus tertahan karena eskalasi yang terjadi di Ukraina sejak 24 Februari 2022.

"Langkah-langkah pengenaan sanksi yang dilakukan oleh negara-negara Amerika, Eropa dan negara G7 terhadap Rusia di tengah masih terjadinya gangguan rantai pasok telah menekan volume perdagangan dan prospek pertumbuhan ekonomi global," sebut dia.

Tak hanya dari sisi fiskal, peperangan juga menciptakan tantangan bagi normalisasi kebijakan moneter di negara-negara maju. Negara itu harus bergulat dengan tingkat inflasi yang tinggi dan potensi pelemahan ekonomi.

Baca juga: Chatib Basri Nilai Perang Rusia-Ukraina Bisa Berkepanjangan, Ini Penyebabnya

Tantangan itu, kata Sri Mulyani, berefek pada keluarnya aliran modal asing di emerging market, termasuk Indonesia.

"Ini sejalan dengan terjadinya relokasi aset untuk mencari tempat yang aman atau safe haven," sebut dia.

Namun, Sri Mulyani meyakini pemulihan ekonomi Indonesia tetap terjaga, terutama ditopang dengan meredanya dan penanganan Covid-19 yang membaik diikuti pembatasan kegiatan masyarakat yang makin longgar.

Dia pede, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap kuat yang didukung oleh kegiatan konsumsi masyarakat atau rumah tangga, kegiatan investasi, serta dukungan belanja pemerintah.

"Kinerja ekspor yang dalam hal ini mengalami peningkatan sangat signifikan (juga menjadi penopang). Namun tetap harus diwaspadai dengan adanya perkembangan perdagangan ekonomi global yang terancam akibat terjadi perang di Ukraina," tandas dia.

Baca juga: Bank-bank AS Masih Tangguk Untung dari Invasi Rusia, Kok Bisa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com