Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Subsidi BBM Lebih Tepat Diberikan ke Masyarakat Miskin ketimbang ke Komoditasnya

Kompas.com - 19/04/2022, 04:10 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com – Pemberian subsidi bahan bakar minyak (BBM) lebih baik langsung diberikan ke individu atau rumah tangga miskin, ketimbang memberikan subsidi ke komoditasnya. Sebab, data rumah tangga miskin pun saat ini sudah semakin baik.

Jika subsidi diberikan dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT), maka masyarakat juga bisa mengalokasikan uang tersebut dengan lebih fleksibel. 

Apalagi, tujuan awal subsidi adalah mengurangi beban masyarakat miskin, sedangkan masyarakat menengah ke atas tidak perlu dibantu.

Menurut pakar ekonomi energi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM), jika subsidi diberikan ke komoditas, kemungkinan kebocoran sangat besar dan sulit dikendalikan.

Baca juga: Subsidi Energi Berpotensi Bengkak Jadi Rp 320 Triliun, Menteri ESDM Minta Warga Berpartisipasi Awasi Distribusi BBM

Namun, jika subsidi sudah terlanjur diberikan ke komoditas, maka besarannya juga harus dibatasi. 

"Dengan begitu sisi keuangan pemerintah bisa menjaga alokasi bujet-nya. Kalau ada yang bocor, harga berubah misalnya, maka tidak akan sebesar dampaknya,” ujar Ardiyanto saat diskusi dengan media secara virtual, Senin (18/4/2022).

Dia menambahkan, BBM bukan energi terbarukan sehingga jika disubsidi pasti akan ada kebocoran. Jika terus disubsidi, masyarakat akan lebih banyak membeli (BBM) daripada seharusnya. 

“Harga itu mencerminkan kelangkaan. Kalau langka, individu akan mengurangi konsumsi,” kata dia.

Baca juga: Subsidi BBM dan Elpiji Berpotensi Bengkak hingga Rp 320 Triliun

Subsidi BBM menambah beban ke APBN

Ardiyanto menilai, pemerintah sudah memiliki itikad baik dengan tidak menaikkan harga BBM subsidi saat pandemi Covid-19, namun saat ini harga minyak mentah mencapai di atas 100 dollar AS per barrel. 

Jika harga BBM subsidi tak naik, maka besaran yang ditanggung pemerintah juga berasal dari realokasi APBN. 

Padahal, lanjut Ardiyanto, subsidi itu sebenarnya bisa dikeluarkan untuk hal lain. Seperti bidang kesehatan dan pendidikan. 

Baca juga: Cegah BBM Subsidi Bocor, Menteri ESDM Ingatkan Sanksi Penjara 6 Tahun dan Denda Rp 60 Miliar

Kurangi konsumsi BBM

Menurut Ardiyanto, pemerintah tidak bisa serta merta melepaskan subsidi BBM. Sebab, akan sulit bagi masyarakat. Namun kuncinya adalah melakukan penyesuaian secara bertahap. 

Ketika keuangan tidak kuat, kata Ardiyanto, lalu subsidi dilepas atau dikurangi drastis, maka yang terjadi adalah syok perekonomian akan besar lantaran masyarakat sulit menyesuaikan diri. 

“Inti masalahnya adalah perilaku masyarakat. Seberapa besar konsumsi BBM itu bisa ditata perilakunya. Ketika harga dinaikan sedikit demi sedikit orang bisa mengurangi konsumsi. Tapi kalau diminta mengurangi konsumsi drastis itu sulit,” kata Ardiyanto.

Baca juga: Besaran Subsidi Pemerintah untuk BBM dan LPG 3 Kg agar Harga Jual Murah

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com