Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengekor Mata Uang Asia Lain, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Terkoreksi 0,36 Persen

Kompas.com - 22/08/2022, 16:41 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot kembali ditutup melemah pada sesi perdagangan Senin (22/8/2022). Pelemahan ini mengekor mata uang Asia lain.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan hari ini, nilai tukar uang Garuda terhadap dollar AS ditutup melemah 53,5 poin atau 0,36 persen ke level Rp 14.891,5 per dollar AS. Terpantau sejak pembukaan perdagangan, nilai tukar rupiah terus bergerak di zona negatif, bahkan sempat menyentuh Rp 14.895.

Sementara itu, mengacu kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah berada pada level Rp 14.882 per dollar AS pada Senin hari ini, melemah dibanding posisi Jumat (20/8/2022) sebesar Rp 14.858 per dollar AS.

Baca juga: Pemerintah Patok Target Kantongi Rp 9 Triliun dari Lelang Sukuk Negara

Depresiasi terhadap dollar AS juga dialami oleh sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya, seperti dollar Singapura yang menurun 0,21 persen, won Korea Selatan terkoreksi 1,05 persen, rupee India turun 0,12 persen, yuan China turun 0,32 persen, ringgit Malaysia turun 0,16 persen, serta baht Thailand terkoreksi 0,86 persen.

Koreksi yang dialami mata uang Asia, termasuk rupiah, selaras dengan masih menguatnya indeks dollar AS, pasca pengumuman risalah Federal Open Market Committee (FOMC) pada pekan lalu.

Sebagaimana diketahui, dalam risalah FOMC disebutkan, The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuan, meskipun inflasi di Negeri Paman Sam menunjukan perlambatan.

"Sentimen The Fed ini terlihat masih bertahan dan memberikan sentimen negatif," kata Analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra.

Baca juga: Jouska Mengaku Belum Pernah Dipanggil OJK, Ini Respons SWI

Selain itu, dari dalam negeri wacana kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi menjadi sentimen negatif bagi pergerakan nilai tukar rupiah pada awal pekan keempat Agustus ini.

Investor mencermati adanya potensi lonjakan inflasi di Indonesia, seiring dengan meningkatnya harga BBM jenis Pertalite dan Solar.

"Dan bisa menurunkan daya beli masyarakat sehingga bisa melambatkan pertumbuhan ekonomi, bisa memberikan tekanan ke rupiah," ucap Ariston.

Baca juga: Industri Mebel Dinilai Berikan Dampak Positif bagi Penyerapan Tenaga Kerja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com