Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Negara Adidaya Tak Bisa Selesaikan Sendiri Masalah Pandemi dan Iklim

Kompas.com - 11/10/2022, 20:00 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan saat ini setiap negara harus bekerja sama untuk mengatasi persoalan pandemi dan perubahan iklim. Sebab menurutnya negara adidaya sekali pun tidak bisa mengatasi masalah tersebut sendirian.

Hal itu diungkapkan Sri Mulyani dalam sesi Keynote Dialogue rangkaian kegiatan Special Event Toward G20 Summit bertema Infrastructure Development Through Innovation and Collaborative Financing: Toward Greater Inclusivity and Productivity di The Convene, Washington DC, Amerika Serikat.

Pada sesi Sustainable Infrastructure Investment and Financing (SIIF), Sri Mulyani menyampaikan pentingnya Presidensi G20 untuk membangkitkan pengembangan infrastruktur berkelanjutan pasca pandemi.

Baca juga: Sri Mulyani: Ekonomi Digital Tidak Hanya Identik dengan Startup

“Ketika kita menghadapi masalah global seperti pandemi dan perubahan iklim, meskipun negara anda masih dapat leluasa beroperasi sesuai kemampuan, anda juga harus mengakui dengan kerendahan hati bahwa tidak dapat menyelesaikan masalah sendiri meskipun sebagai negara adidaya di dunia," ujar Sri Mulyani dalam keterangannya, Selasa (11/10/2022).

Menurutnya, pengakuan tersebut membantu Presidensi G20 Indonesia untuk meyakinkan negara anggota bahwa perlu tetap terus bekerja sama dan berkolaborasi dalam pembangunan infrastruktur berkelanjutan.

Di samping itu, telah disepakati bahwa mekanisme keuangan berkelanjutan dibutuhkan kontribusi semua negara dan semua lembaga, termasuk bank pembangunan multilateral (multilateral development bank/MDB) untuk mengurangi risiko dan memobilisasi lebih banyak dana.

Presidensi G20 Indonesia mendorong agar dukungan pendanaan pembangunan dapat ditingkatkan, terutama melalui peningkatan kapasitas MDB, termasuk lewat reviu kerangka kecukupan modal (capital adequacy framework/ CAF). Reviu CAF bertujuan untuk optimalisasi neraca MDB agar memiliki ruang lebih besar untuk pendanaan pembangunan bagi negara anggota.

Baca juga: Bicara RUU PPSK, Sri Mulyani: Negara Bisa Maju Kalau Sektor Keuangan Kuat


Ia menambahkan, dalam konteks pembangunan berkelanjutan, beberapa inisiatif telah dilakukan pemerintah untuk menutupi kesenjangan infrastruktur dan mendukung program pemulihan ekonomi nasional. Seperti pada energi terbarukan, perubahan iklim, infrastruktur digital, dan juga proyek pembangunan perkotaan.

“Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah merumuskan kebijakan dan mengimplementasikan inisiatif tersebut bersama kementerian dan pemangku kepentingan terkait,” kata dia.

Kemenkeu bersama beberapa special mission wehicles (SMV) yaitu PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) atau PT PII, PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau PT SMI, dan PT Indonesia Infrastructure Finance atau IIF turut menyampaikan kontribusi masing-masing dalam kegiatan tersebut.

Acara internasional yang digagas oleh Think20 (T20) Task Force 8 dengan P2EB UGM sebagai institusi pelaksana, menjadi ajang untuk menyampaikan rekomendasi kebijakan berbasis penelitian kepada para pemimpin G20 terkait pembangunan infrastruktur berkelanjutan.

Rekomendasi itu dengan objektif utama untuk menyediakan kebijakan alternatif dalam menghadapi berbagai tantangan dan polemik ekonomi dunia untuk pulih secara berkelanjutan dan inklusif di tengah krisis global pasca pandemi.

Baca juga: Sri Mulyani: Digitalisasi UMKM Dorong Peningkatan Transaksi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com