Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Catatkan Pertumbuhan Pendapatan, Laba Barito Pacific Menyusut

Kompas.com - 31/10/2022, 21:10 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Barito Pacific Tbk mencatatkan penurunan laba bersih pada periode semester I-2022. Ini terjadi meskipun perusahaan mampu membukukan pertumbuhan pendapatan.


Mengacu kepada dokumen laporan keuangan, perusahaan dengan kode emiten BRPT itu membukukan laba bersih sebesar 30,06 juta dollar AS. Realisasi ini menurun sebesar 87,69 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy) sebesar 244,36 juta dollar AS.

Adapun pendapatan perusahaan sebenernya meningkat. Tercatat sampai dengan Juni 2022 Barito Pacific membukukan pendapatan sebesar 1,62 miliar dollar AS, meningkat sekitar 4 persen secara yoy dari 1,55 miliar dollar AS.

Baca juga: Tumbuh 18,1 Persen, Mitratel Bukukan Laba Bersih Rp 1,22 Triliun hingga Kuartal III-2022

Namun, beban pokok pendapatan dan beban langsung perusahaan melonjak. Barito Pacific mencatatkan beban pokok pendapatan dan beban langsung sebesar 1,39 miliar dollar AS, meningkat 31,54 persen secara yoy dari 1,06 miliar dollar AS.

Presiden Direktur Barito Pacific Agus Pangestu mengatakan, kinerja perusahaan di enam bulan pertama tahun 2022 sebagian besar dipengaruhi kondisi makro ekonomi global yang menantang akibat ketegangan geopolitik yang berkelanjutan dan melambatnya aktivitas ekonomi China.

"Meskipun kuartal yang menantang untuk industri petrokimia, angka konsolidasi kami mencerminkan hasil dari transformasi pilar bisnis kami, karena segmen bisnis panas bumi terus memberikan profil ketahanan dengan memberikan kinerja yang solid," kata dia, dalam keterangan tertulisnya, Senin (31/10/2022).

Baca juga: WOM Finance Catat Laba Bersih Sebesar Rp 123 Miliar Kuartal III-2022, Tumbuh 62 Persen

Ia menjelaskan, pendapatan perusahaan yang naik 4 persen disebabkan harga jual rata-rata produk petrokimia yang cukup tinggi dan faktor kapasitas yang stabil di segmen energi. Sementara tingkat pengoperasian petrokimia cukup sehat, biaya bahan baku yang tinggi pada akhirnya menyeimbangi kenaikan harga produk, yang menekan pendapatan segmen petrokimia.

Tercatat EBITDA perusahaan mencapai 263 juta dollar AS pada enam bulan pertama tahun 2022. Agus mengungkapkan, realisasi ini ditopang oleh kinerja Star Energy Geothermal yang stabil.

Melihat realisasi tersebut, Agus bilang, Star Energy Geothermal terus menjadi penopang terhadap volatilitas bisnis petrokimia. Segmen bisnis ini tercatat memberikan pendapatan sebesar 278 juta dollar AS pada semester I-2022, dengan EBITDA sebesar 231 juta dollar AS.

"Capacity factor di ketiga aset geothermal pada semester I 2022 tetap stabil mendekati level maksimum, yang menunjukkan kemampuan pembangkit energi panas bumi sebagai energi terbarukan yang setara dengan capacity factor energi konvensional," ucapnya.

Baca juga: Di Tengah Lonjakan Biaya Bahan Baku, Kalbe Farma Bukukan Laba Bersih Rp 2,49 Triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com