Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melambat, BI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Global Hanya 2,6 Persen pada 2023

Kompas.com - 22/12/2022, 15:40 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global di tahun depan akan melambat dari 3 persen secara tahunan (yoy) pada 2022 menjadi 2,6 persen pada 2023.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, perlambatan pertumbuhan ekonomi global pada 2023 ini disebabkan oleh meningkatnya ketidakpastian global dan adanya risiko resesi yang tinggi di sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Selain itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi global ini juga dipengaruhi oleh fragmentasi ekonomi perdagangan dan investasi akibat ketegangan geopolitik yang berlanjut dan pengetatan kebijakan moneter yang agresif di negara maju.

Baca juga: Lebih Terukur, BI Naikkan Suku Bunga Acuan Sebesar 25 Basis Poin Jadi 5,5 Persen

"Bank Indonesia memperkirakan ekonomi dunia tumbuh sebesar 3 persen pada tahun 2022 tetapi akan menurun menjadi 2,6 persen pada tahun 2023," ujarnya saat konferensi pers, Kamis (22/12/2022).

Sementara itu, BI memperkirakan tekanan inflasi global masih tinggi di tahun depan meskipun mulai melandai. Hal ini akibat berlanjutnya gangguan rantai pasokan dan ketatnya pasar tenaga kerja, terutama di AS dan Eropa.

Tidak hanya itu, AS diperkirakan akan melanjutkan kenaikan suku bunga acuannya untuk mengantisipasi tekanan inflasi di awal tahun 2023. Namun, dia bilang, kenaikan suku bunga acuan AS ini akan lebih rendah dari perkiraan.

Baca juga: BI Proyeksikan Kredit Perbankan 2023 Tumbuh hingga 12 Persen

Pada tahun 2022 saja, Bank Sentral AS (The Fed) telah tujuh kali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 425 basis poins (bps) menjadi 4,25-4,5 persen, meski pada Desember ini kenaikannya lebih kecil dari 5 bulan sebelumnya.

"Perkembangan ini mendorong tetap kuatnya mata uang dolar AS, masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global yang kemudian berdampak pada belum kuatnya aliran modal masuk ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia," jelas Perry.

Baca juga: Ramalan BI: Nilai Transaksi Perbankan Digital 2023 Tembus Rp 67.000 Triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com