JAKARTA, KOMPAS.com – Pertamina NRE, subholding PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bisnis energi bersih, mencatatkan laba bersih sebesar 31,3 juta dollar AS atau sekitar Rp 460,11 miliar (asumsi kurs Rp 14.700 per dollar AS) pada kuartal I-2023. Capaian itu naik 38 persen dari periode sama di 2022.
Chief Executive Officer Pertamina NRE Dannif Danusaputro mengatakan, kinerja positif itu sejalan dengan pendapatan perseroan yang tumbuh 12 persen di kuartal I-2023, menjadi sebesar 103,5 juta dollar AS.
Dari aspek operasional, produksi listrik Pertamina NRE di kuartal I-2023 tercatat mencapai 1.185.279 MWh atau 9 persen di atas target dengan nihil kecelakaan kerja.
“Capaian positif tersebut tidak terlepas dari kerja keras seluruh keluarga besar Pertamina NRE serta dukungan para stakeholder," ujar Danusaputro dalam keterangannya, Selasa (9/5/2023).
Baca juga: Pertamina NRE dan KPI Targetkan Kapasitas PLTS di Area Kilang Capai 10 MWp
Ia menuturkan, dalam upaya mendukung pencapaian net zero emission (NZE) di 2060, Pertamina NRE melakukan pembangunan bisnis energi hijau dan bisnis baru.
Tidak hanya di sektor pembangkitan listrik, perseroan juga fokus pada energi hijau di sektor lain, seperti hidrogen hijau, perdagangan karbon, nature based solution (NBS), dan baterai.
Inisiatif perdagangan karbon yang dilakukan perseroan saat ini fokus pada Pertamina Group, di mana Pertamina NRE telah menandatangani komitmen bersama subholding Pertamina lainnya, seperti Pertamina Hulu Energi (PHE) , Kilang Pertamina Internasional (KPI), dan Patra Niaga.
Pertamina telah menandatangani perjanjian perdagangan karbon bersama Patra Niaga dengan volume 1,8 juta ton emisi karbon ekuivalen untuk periode satu tahun. Sumber offset untuk inisiatif ini adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) Lahendong Unit 5 dan 6.
Baca juga: Perluas Ekosistem Kendaraan Listrik, Electrum Gandeng Pertamina NRE
Hal lain yang juga dikerjakan Pertamina NRE yakni melakukan inisiatif pengembangan hidrogen bersih.
Salah satu inisiatif hidrogen yang dilakukan yakni kolaborasi dengan TEPCO di mana saat ini telah selesai dilakukan pre feasibility study.
Proyek ini didukung oleh NEDO, lembaga riset dan pengembangan nasional Jepang yang mendorong pengembangan teknologi dalam rangka membangun kehidupan masyarakat yang berkelanjutan.