JAKARTA, KOMPAS.com - DBS Group memproyeksikan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan menembus level 7.500 sampai akhir 2023.
Head of Research DBS Group Maynard Arif mengatakan, ada beberapa sentimen positif yang menjadi dasar pertimbangan, seperti pertumbuhan ekonomi sampai adanya periode kampanye di akhir tahun.
"Target IHSG 7.500 sampai akhir tahun. Kalau membandingkan beberapa negara, valuasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia di ASEAN bagus," ujar dia dalam Media Briefing bersama Ekonom Bank DBS, Jumat (7/7/2023).
Ia menambahkan, hasil valuasi yang dilihat dalam sepuluh tahun belakangan masih berada di bawah satu persen. Angka valuasi disebut masih tergolong murah, apalagi dibandingkan dengan pertumbuhannya.
Baca juga: Menutup Pekan, Rupiah dan IHSG Berakhir di Zona Merah
Untuk itu, masuk paruh kedua 2023, DBS menaruh pandangan positif terhadap IHSG dan Hang Seng, Hongkong.
"Tim riset DBS bilang market yang prospektif di semester dua adalah Hongkong dan Indonesia, sementara pada market-market lainnya netral," imbuh dia.
Lebih lanjut, Maynard menjelaskan pasar domestik memang masih menunggu kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed).
Di sisi lain, tren inflasi disebut telah melandai dan cenderung mengalami perbaikan.
Penurunan inflasi merupakan katalis yang baik bagi konsumen dan pengambil kebijakan seperti Bank Indonesia (BI), untuk menilik kemungkinan menurunkan suku bunga acuan.
Baca juga: Soal Rencana IPO Freeport, Ini Jawaban BEI
Lebih lanjut, ia menerangakan, adanya masa kampanye yang jatuh pada akhir tahun juga dapat menjadi faktor yang mendorong IHSG dapat mencapai level 7.500.
Dampak positif kampanye yang baru mulai 28 November 2023 diproyeksikan akan mulai dirasakan pada kuartal IV-2023.
Berdasarkan catatannya, IHSG biasanya akan cenderung bergerak positif sebelum dan menjelang pemilihan umum (pemilu).
Pada pemilu 2014 misalnya, sektor konsumer relatif bergerak naik. Sektor pertambangan juga dalam tren positif.
Sementara pada pemilu 2019, sektor konsumer justru mengalami penurunan.
"Ini yang menarik, karena setiap pemilu itu beda-beda. Secara teori sektor konsumer, transportasi, dan logistik biasanya naik, tapi di sahamnya belum tentu," tandas dia.
Baca juga: Obligasi II BRI Finance Oversubscribe 342 Persen
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.