Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Unggahan Warganet Beli Cendera Mata 100 Triliun Dollar Zimbabwe, Ini Sejarah Terbentuknya

Kompas.com - 14/07/2023, 07:51 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dollar Zimbabwe disebut sebagai salah satu mata uang yang tidak paling tidak memiliki nilai tukar di dunia. Pasalnya, nilai tukar dollar Zimbabwe terus mengalami penurunan bahkan setelah dilakukan beberapa kali redenominasi.

Redenominasi merupakan penyederhanaan mata uang menjadi lebih kecil tanpa mengurangi nilainya. Salah satu tujuannya adalah untuk memperkuat nilai mata uang tersebut.

Pengamat ekonomi dari Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan, salah satu hal yang membuat nilai tukar dollar Zimbabwe terus merosot adalah masalah inflasi yang sudah terjadi sejak 1960-an.

Awal mula inflasi Zimbabwe didasari karena adanya ekspektasi inflasi. Ekspektasi inflasi adalah faktor yang dipengaruhi oleh persepsi dan harapan masyarakat serta pelaku ekonomi terhadap tingkat inflasi di masa depan.

"Jadi masyarakat dulu melihat inflasi 5 persen, terus tahun depan 6 persen, 7 persen dan lama-lama tinggi, karena itu ada ekspektasi inflasi," ujar Tauhid saat dihubungi Kompas.com, Kamis (13/7/2023).

Baca juga: Tak Berharga, Dollar Zimbabwe Segera Ditarik dari Peredaran

Krisis ekonomi di Zimbabwe

Dari sana, masyarakat lantas menaikkan harga barang dan jasa sampai upah pekerjaan. Di sisi lain, terjadi masalah dalam penanganan masalah tersebut.

Tauhid menjabarkan, masalah mulai berkembang ketika pemerintah menjalankan kebijakan pertanahan dalam rangka pengendalian inflasi.

Namun demikian, distribusi lahan tersebut tidak berhasil karena dibagikan kepada petani yang tidak memiliki kapabilitas.

Dampaknya, Zimbabwe mengalami penurunan produksi pangan. Otomatis, jumlah pangan tidak mencukupi dan harga pangan jadi naik.

"Bank juga telah memberikan pinjaman kepada pertanian maupun industri yang berbasis pertanian sampai akhirnya kolaps bank tersebut," imbuh dia.

Baca juga: Matinya Dollar Zimbabwe...

Hal tersebut membuat kondisi ekonomi Zimbabwe terguncang. Untuk mengatasi krisis ekonomi tersebut, pemerintah lantas mengeluarkan kebijakan untuk mencetak uang untuk memenuhi kebutuhan.

Pada saat bersamaan, pemerintah juga menanggung dampak krisis ekonomi yang membuat pendapatan negara turun. Tak hanya itu, Zimbabwe juga mengalami penurunan ekspor yang berdampak pada defisit pergadangan dan utang yang besar.

"Mereka (Zimbabwe) cetak uang yang luar biasa besar, ini tidak bisa dikontrol, cetak uang, cetak uang, ya inflasi. Ekonomi mereka jadi turun drastis," ujar Tauhid.

Baca juga: Redenominasi Rupiah Pasti Jalan, BI: Desain dan Tahapan Sudah Siap

Suplai uang terlalu berlebihan

Tauhid menekankan, inflasi yang terjadi bukan karena peningkatan permintaan, melainkan karena suplai uang yang terlalu berlebihan dan tidak sesuai dengan kondisi asli di negara yang terletak di Afrika Selatan itu.

Dengan kondisi tersebut, nilai tukar dollar Zimbabwe terus terdepresiasi terhadap dollar AS. Depresiasi nilai tukar adalah penurunan exchange rate mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain.

Tauhid bilang, pemerintah Zimbabwe pernah menukar mata uang menjadi Euro pada 2008 demi membuat inflasi landai. Namun, keputusan ini hanya bertahan sekitar 5 tahun.

"Ada trennya membaik, tapi turun lagi karena orang tidak percaya, ini benar tidak nilainya segini. Akhirnya ya kembali lagi mata uangnya segitu lagi sampai sekarang," ungkap dia.

Baca juga: 7 Mata Uang Terkuat di Dunia yang Mengalahkan Dollar AS

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com