Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

The Fed Kerek Suku Bunga Acuan, SBN Makin Menarik?

Kompas.com - 03/08/2023, 17:30 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), kembali meningkatkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis point menjadi 5,25 - 5,50 persen pada pertemuan Juli lalu. Kenaikan ini dinilai akan berimbas terhadap pergerakan imbal hasil obligasi pemerintah dalam bentuk surat berharga negara (SBN).

Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kementerian Keuangan Deni Ridwan menilai, kenaikan suku bunga acuan The Fed akan berimplikasi positif terhadap pergerakan imbal hasil SBN. Pasalnya, kebijakan suku bunga memiliki hubungan berlawanan dengan harga obligasi.

Artinya, ketika suku bunga acuan naik, maka harga obligasi akan turun, dan imbal hasilnya meningkat. Begitupun sebaliknya, ketika suku bunga acuan turun, harga obligasi bakal meningkat dan imbal hasilnya menyusut.

"(Kenaikan suku bunga acuan The Fed) dapat berdampak positif ke pasar SBN dalam bentuk imbal hasil yang lebih kompetitif dan minat investor yang lebih besar," kata Deni, kepada Kompas.com, Kamis (3/8/2023).

Baca juga: Gubernur BI Prediksi The Fed Masih Akan Naikkan Suku Bunga 2 Kali Lagi

Lebih lanjut Deni menyebutkan, pasar SBN juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kondisi ekonomi domestik, kebijakan moneter dan fiskal, serta sentimen pasar secara keseluruhan. Dengan melihat kondisi perekonomian nasional yang terjaga, ia pun meyakini, perkembangan pasar SBN ke depan masih akan positif.

"Kami percaya, kinerja perekonomian yang solid dan pasar keuangan domestik yang kondusif akan mendorong kinerja SBN Indonesia tetap bagus dan stabil," tuturnya.

Adapun hingga 1 Agustus lalu, pasar SBN masih menunjukan penguatan. Hal ini terefleksikan dengan tingkat yield SUN benchmark tenor 10, 15, dan 20 tahun telah mengalami kenaikan masing-masing sebesar 71, 68, dan 62 bps dari posisi akhir tahun lalu ke level 6,35 persen, 6,53 persen, dan 6,63 persen per 1 Agustus 2023.

"Level yield SBN saat ini masih menarik karena tingkat inflasi di negara maju dan dalam negeri yang semakin terkendali diproyeksikan akan mendorong penurunan tingkat suku bunga di akhir tahun ini atau awal tahun depan," kata Deni.

Baca juga: Bursa Saham AS Diselimuti Kekhawatiran soal Kenaikan Suku Bunga The Fed


Dengan masih menariknya imbal hasil, Kemenkeu masih mencatat aliran modal asing masuk melalui instrumen SBN, yakni sebesar Rp 93 triliun secara tahun kalender.

Tercatat kepemilikan Non Residen atas SBN berdasarkan data setelmen BI tanggal 31 Juli 2023 adalah sebesar Rp 855,19 triliun (15,56 persen) dari jumlah SBN rupiah yang dapat diperdagangkan.

"Aliran modal ini diperkirakan masih akan bertambah sampai dengan akhir tahun ini," ucap Deni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

Whats New
Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com