Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taipan Minyak RI Riza Chalid Ramai Diberitakan di Malaysia, Ada Apa?

Kompas.com - 09/08/2023, 19:54 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Lama tak terdengar kabarnya, konglomerat asal Indonesia, Riza Chalid, baru-baru ramai diberitakan media-media Malaysia. Pengusaha yang dikenal dengan bisnis minyaknya ini bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim.

Mengutip Free Malaysia Today, Rabu (9/8/2023), pertemuan Riza Chalid dengan orang nomor satu di Negeri Jiran itu dikaitkan dengan bisnis pertambangan tanah jarang alias rare earth mineral (REE) di Negara Bagian Kedah.

Namun ditemui usia pertemuannya dengan Riza Chalid, Anwar Ibrahim beralasan perjumpaannya dengan pengusaha Indonesia itu karena diundang penguasa Kedah, Sultan Sallehuddin Badlishah.

"Saya diundang oleh SUltan Sallehuddin, dan rekan saya (Riza Chalid) bersama saya saat pertemuan di Istana (Kedah)," kata Anwar Ibrahim.

Baca juga: Apa yang Sesungguhnya Terjadi di Sabah hingga Aset Petronas Disita?

Anwar Ibrahim berujar, pihaknya sama sekali tidak membahas soal ajakan investasi penambangan REE kepada Riza Chalid. Namun ia mengakui, memang sempat ada pembahasan soal penambangan REE ilegal yang dilakukan sebuah perusahaan asal China.

"Masalah di sini adalah pencurian REE. Jangan mengalihkan isu. Memberikan persetujuan pada perusahaan China tanpa izin, itu persoalannya," beber dia.

Riza Chalid sendiri sempat jadi sorotan publik Tanah Air. Sosoknya kerap dikaitkan dengan keberadaan Petral, anak usaha Pertamina di Singapura yang melakukan pengadaan impor BBM ke Indonesia melalui broker.

Namanya juga sempat terseret kasus yang menjerat mantan Ketua DPR RI Setya Novanto terkait permintaan saham Freeport Indonesia. Kasus ini populer dengan istilah "Papa Minta Saham".

Baca juga: Bak Bumi dan Langit, Membandingkan Laba Pertamina Vs Petronas Malaysia

Pada awal Januari 2016, Kejagung mengaku kesulitan untuk menghadirkan Riza Chalid untuk dimintai keterangan terkait rekaman Papa Minta Saham yang berujung dengan mundurnya Setya Novanto dari jabatan Ketua DPR RI.

Menurut penuturan eks Menteri ESDM Sudirman Said, Riza bersama Ketua DPR saat itu, Setya Novanto, diduga mencatut nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat meminta saham.

Hal ini diketahui dari rekaman percakapan antara Novanto, Riza dan Maroef yang direkam sendiri oleh Maroef. Rekaman itu dilaporkan oleh Sudirman Said yang saat itu masih menjabat Menteri ESDM ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).

Tentang tanah jarang

Sesuai namanya, rare earth atau tanah jarang adalah logam yang langka dan hanya segelintir negara di dunia yang memilikinya.

Baca juga: Meski Keuangan Karut-marut, Waskita Diserahi Proyek Terbanyak di IKN

Logam tanah jarang merupakan mineral yang bersifat magnetik dan konduktif, banyak digunakan di perangkat elektronik seperti ponsel, tablet, speaker, dan lain-lain.

Selain itu, logam tanah jarang juga dimanfaatkan untuk sektor lainnya, mulai dari bidang kesehatan, otomotif, penerbangan, hingga industri pertahanan. Banyak senjata militer canggih diproduksi dengan komponen yang harus dibuat dengan rare earth.

Sebagai perumpamaan saja, tanpa suplai logam tanah jarang, maka produsen ponsel bisa berhenti beroperasi. Rare earth permintaannya bakal semakin meningkat seiring masifnya tren kendaraan berbasis listrik.

Namun, nyaris tak ada perusahaan di dunia yang secara khusus menambang logam tanah jarang. Ini karena rare earth adalah bijih tambang ikutan, alias merupakan hasil sampingan dari komoditas tambang lain.

Baca juga: Mengenal Logam Tanah Jarang atau Rare Earth yang Bikin Geger se-Eropa

Biasanya, logam tanah jarang secara tak sengaja ikut ditambang bersamaan dengan nikel, bauksit, maupun timah. Rare earth baru didapatkan saat perusahaan tambang melakukan ekstraksi atau proses pemisahan.

Penambangan logam tanah jarang hampir serupa dengan proses mendapatkan emas yang juga kerap dijadikan sebagai produk sampingan, saat perusahaan menambang logam lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com