Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyaluran Kredit Melandai, Ekonom Soroti 2 Sektor

Kompas.com - 16/08/2023, 06:22 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tingkat kredit perbankan dinilai masih berada di dalam jalur pertumbuhan meski pertumbuhannya melambat.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kredit industri perbankan tumbuh 7,76 persen secara tahunan pada Juni 2023. Pertumbuhan kredit tersebut melandai dibandingkan Mei 2023 yang tumbuh 9,39 persen.

Penyaluran kredit perbankan tercatat Rp 6.656 triliun pada Juni 2023. Pertumbuhan tertinggi tercatat pada kredit investasi sebesar 9,6 persen secara tahunan.

Baca juga: Status Pandemi Dicabut, OJK Yakin Kredit Perbankan Tumbuh Double Digit

Bank BUMN diketahui mengalami pertumbuhan kredit tertinggi sebesar 8,30 persen.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menilai pertumbuhan kredit perbankan masih normal.

"Meskipun kita tahu dari sisi (BUMN) karya-karya ini kan pengaruh terhadap infrastruktur. Karena empat karya ini yang paling membangun infrastruktur. Jadi kalau ini enggak jalan, otomatis bank tidak bisa kasih kredit yang gede-gede dong," kata dia usai acara Media Literacy "Building Inclusive Economics" UOB x INDEF, Selasa (15/8/2023).

Baca juga: Bank Mandiri Buka Suara soal Setop Penyaluran Kredit ke Pegawai Waskita dan Wika

Ia menjelaskan kredit pada umumnya tetap berjalan pada jalur pertumbuhan. Hanya saja, kredit infrastruktur sedang tidak berjalan dengan baik.

Pembangunan infrastruktur memang sedang dikurangi lantaran BUMN Karya sedang dalam masalah.

"Itu pinjaman yang paling besar di infrastruktur," imbuh dia.

Selain itu, wanita yang karib disapa Avi tersebut menjelaskan, kredit perbankan juga ditopang oleh sektor pertambangan pada posisi kedua.

Baca juga: Penyaluran Kredit BNI Capai Rp 650,8 Triliun di Semester I-2023

Namun sektor ini juga masih dibayangi dengan hilirisasi yang masih menjadi soal.

Pasalnya, ketika produk hilirisasi belum menemukan pasar pembeli, investasi yang terus mengucur di hulu hanya akan membuat produksi bahan mentah menumpuk.

"Kalau over produksi kan berarti harga turun dong, berarti kalau harga turun kenapa dia investasi terus, makannya kurang investasi di pertambangan," jelas dia.

Baca juga: Penyaluran Kredit Bank Jatim Tumbuh 13 Persen Jadi Rp 49,21 Triliun

Avi mengatakan kredit perbankan di sektor pertambangan sempat melonjak tahun lalu, tetapi melambat tahun ini.

"Hilirisasi menurut saya makanya apakah marketnya ada, kalau tidak ada nanti kena di hulunya, kalau numpuk kan harga jatuh," jelas dia.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com