KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Buka Mulut

Kompas.com - 02/09/2023, 08:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEORANG pimpinan perusahaan yang merasa bahwa ia cukup terbuka dan memiliki hubungan baik dengan para bawahannya, terperanjat ketika membaca hasil survei karyawan.

Butir:“saya merasa aman mengutarakan pendapat di tempat kerja ini” mendapatkan angka terendah. Lebih dari separuh karyawan organisasi memilih opsi tidak setuju dan sangat tidak setuju untuk butir ini.

Hal ini berarti, meskipun pimpinan merasa diri sebagai orang yang terbuka, ternyata mayoritas anak buahnya berpandangan lain. Mereka merasa berbicara jujur mengenai pemikiran ataupun perasaan mereka dapat membawa dampak buruk bagi keberadaannya di dalam organisasi.

Baca juga: Beban Emosi Pemimpin

Padahal, kita semua tahu bahwa ide kreatif membutuhkan masukan dari banyak pihak, khususnya pandangan dari mereka yang sehari-hari berada di garis depan organisasi dan berurusan langsung dengan masalah-masalah operasional.

Pimpinan pun sadar bahwa mereka perlu meningkatkan simpati pihak eksternal pada organisasi dengan menunjukkan bahwa organisasi ini dapat memberikan rasa aman bagi para karyawannya, tidak hanya dari segi finansial, tetapi juga emosional.

Citra tentang budaya organisasi seperti ini juga sangat penting bagi talenta-talenta baru.

Baca juga: Serbabisa

Adanya pimpinan organisasi yang terlalu dominan dan sulit dibantah akan membuat talenta baru yang potensial mundur teratur karena khawatir dengan tekanan emosional yang mungkin dihadapinya bila ia bergabung dalam perusahaan dengan budaya seperti itu.

Sayangnya, isu-isu seperti ini sering kali tidak disadari sejak dini. Pada saat pimpinan mulai merasakan produktivitas yang menurun—motivasi dan engagement yang rendah dari para anak buahnya—upaya perbaikan akan membutuhkan daya yang lebih besar lagi karena “kerusakannya” bisa jadi sudah terlalu “dalam”.

Banyak pimpinan yang baru merasakan dampaknya ketika ia merasa bahwa perusahaan hanya berjalan di tempat dan sulit mendapatkan inovasi dan ide-ide segar dari para karyawannya.
Oleh karena itu, mendorong kesediaan para karyawan untuk buka mulut perlu digarap dengan sangat serius oleh pimpinan organisasi.

Psychological safety

Sebenarnya, banyak upaya yang dilakukan organisasi untuk mendapatkan informasi dari karyawan. Misalnya, sistem kotak suara, baik anonim maupun berhadiah.

Baca juga: Rasa Memiliki

Namun, dalam kenyataannya, tidak banyak perusahaan yang berhasil memotivasi karyawan untuk bersuara. Kebanyakan karyawan tetap merasa tidak nyaman memberi komentar secara terbuka. Apalagi, ketika HR dipandang sebagai kaki tangan manajemen semata.

Dari 1.000 orang yang diwawancarai dalam suatu penelitian, 25 persen responden pernah menyaksikan adanya diskriminasi, pelecehan, dan bias, tetapi tidak melaporkannya dengan alasan bahwa mereka tidak yakin kalau manajemen akan bertindak segera menanggapi laporan mereka.

Bahkan, beberapa korban yang pernah mengalami pelecehan sendiri, diminta untuk move on oleh atasannya dan melupakan peristiwa tersebut.

Baca juga: Sok Pintar

Mereka bahkan khawatir akan mengalami nasib yang lebih buruk lagi bila membuat laporan sehingga akhirnya banyak yang memilih untuk diam.

Jadi, sementara pimpinan dan organisasi mengatakan, “ Our speak-up culture begins today. We need your voice. We need your opinions. We need your honest feedback.”, karyawan merasa tindakan speaking up ini sangat berisiko.

Memperkuat psychological safety

Mendorong karyawan untuk membuka mulut hanya akan berhasil bila respons organisasi benar-benar terlihat dan terasa. Ada beberapa sikap yang perlu dikembangkan oleh pimpinan dan bagian yang akan menangani komentar, masukan, ataupun keluhan dari para karyawan ini.

Eileen Rachman.Dok. EXPERD Eileen Rachman.
Pertama, apakah kita bisa menghargai setiap masukan tanpa peduli siapa yang berbicara?
Kita tidak bisa menilai bobot suatu masukan berdasarkan tingkatan ataupun kemampuan seorang karyawan dalam mengungkapkannya.

Baca juga: Pompa Semangat

Kita perlu menyambut pendapat seorang pegawai tingkat bawah sekalipun sama seriusnya dengan pendapat seorang pejabat tinggi dalam organisasi ketika pendapat tersebut memang berguna bagi organisasi.

Bahkan, bila pimpinan dapat menunjukkan jiwa ksatrianya ketika pendapatnya dibantah oleh anak buahnya, ia mendorong semua karyawan untuk berani berpendapat secara autentik.

When people believe they’re included for who they are, without fear of reprisal for speaking up, they speak up.

Baca juga: Selamat Datang Gen Z

Pertanyaan kedua, apakah kita bisa tetap bersikap rasional dan obyektif mengevaluasi setiap masukan, bahkan yang menyerang kita sekalipun?

Kita perlu sadar bahwa mungkin saja ada masukan dari lapangan yang mengonfrontasi keputusan atau bahkan menyinggung perasaan kita.

Namun, sebagai pemimpin, kita perlu menjaga komitmen untuk tetap berlaku adil dan obyektif tanpa mempermasalahkan loyalitas si pembawa berita.

Baca juga: Defisit Keputusan

When loyalty and disagreement peacefully coexist, a speak-up culture can flourish.

Ketiga, apakah semua pihak sama-sama paham bahwa walaupun semua boleh mengusulkan sesuatu, tidak semua usulan disetujui. You can’t say yes to everything.

Banyak karyawan berpikir bahwa bilamana manajemen benar-benar terbuka dan mau mendengarkan masukan mereka, berarti semua usulan mereka akan disetujui. Ini adalah salah kaprah yang harus diluruskan semenjak awal.

Baca juga: Kejujuran Diri

Meskipun semua orang bebas berpendapat, pemberi pendapat perlu mengusahakan agar pendapatnya didengar dengan menyertakan data dan fakta yang memperkuat pendapat tersebut.

Pembahasan mengenai semua pendapat, dan juga komentar yang masuk perlu ditindaklanjuti dengan penjelasan kepada pemberi pendapat secara terbuka.

Apa tindakan nyata dan perubahan yang akan dilakukan organisasi terhadap masukan yang memang bermanfaat bagi pengembangan organisasi saat ini maupun pada masa mendatang? Apa alasan yang ada di balik masukan yang belum dapat ditindaklanjuti untuk saat ini?

Baca juga: Tumbuh, Bergaul, dan Selesaikan Tugas

Dengan demikian, seluruh jajaran tahu bahwa manajemen menganggap serius semua pendapat yang masuk terlepas dari apakah pendapat mereka diterima atau tidak dan mereka juga harus legowo kalau usulan mereka belum dapat ditindaklanjuti saat ini.

Yang jelas, suasana ini harus membawa dampak yang positif. Organisasi tidak bisa tinggal diam dan melakukan pembiaran terhadap gejala-gejala yang membawa suasana negatif, terutama bila niat pemimpin adalah pengembangan yang berkesinambungan.


Terkini Lainnya

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

Whats New
Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Whats New
Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 1.435 Triliun pada Kuartal I-2024

Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 1.435 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Imbas Boikot, KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai

Imbas Boikot, KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai

Whats New
Gapki Tagih Janji Prabowo Bentuk Badan Sawit

Gapki Tagih Janji Prabowo Bentuk Badan Sawit

Whats New
Pameran Franchise dan Lisensi Bakal Digelar di Jakarta, Cek Tanggalnya

Pameran Franchise dan Lisensi Bakal Digelar di Jakarta, Cek Tanggalnya

Smartpreneur
Akvindo Tegaskan Tembakau Alternatif Bukan buat Generasi Muda

Akvindo Tegaskan Tembakau Alternatif Bukan buat Generasi Muda

Whats New
Allianz Syariah Bidik Target Pengumpulan Kontribusi Capai 14 Persen Sepanjang 2024

Allianz Syariah Bidik Target Pengumpulan Kontribusi Capai 14 Persen Sepanjang 2024

Whats New
Laba Bersih Astra International Rp 7,46 Triliun pada Kuartal I 2024

Laba Bersih Astra International Rp 7,46 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Bank Mandiri Raup Laba Bersih Rp 12,7 Triliun pada Kuartal I-2024

Bank Mandiri Raup Laba Bersih Rp 12,7 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Gelar RUPST, Astra Tetapkan Direksi dan Komisaris Baru

Gelar RUPST, Astra Tetapkan Direksi dan Komisaris Baru

Whats New
Emiten Sawit BWPT Catat Pertumbuhan Laba Bersih 364 Persen pada Kuartal I-2024

Emiten Sawit BWPT Catat Pertumbuhan Laba Bersih 364 Persen pada Kuartal I-2024

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com