Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AIS Forum, RI Kembangkan Drone Canggih Pemantau Kondisi Air Laut

Kompas.com - 09/10/2023, 14:40 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia perlu lebih memahami setiap detail karakteristik serta potensi yang dimiliki dari perairan Nusantara. Namun, hal ini perlu didukung dengan tersedianya data terkait karakteristik oseanografi.

Pengukuran atau pengambilan data menjadi hal penting karena perairan Indonesia memiliki arus samudra (Indonesian throughflow). Arus seperti ini menjadi salah satu sistem yang dapat mengubah karakteristik perairan global.

Terlebih, luas wilayah laut Indonesia mencapai 3.257.357 kilometer persegi, dengan bentang garis pantai yang mencapai 81.290 kilometer atau terpanjang kedua di dunia setelah negara Kanada.

Untuk melakukan pengukuran atau pengambilan data tersebut, maka dibutuhkan instrumen yang mampu mengakomodasi seluruh wilayah perairan secara berkala (real time). Instrumen ini juga harus mampu mengukur secara presisi pada laut dangkal maupun laut dalam.

Baca juga: AIS Forum Luncurkan Program Pengembangan Usaha Ekonomi Biru dan Riset

Sayangnya, belum ada instrumen yang mampu melakukan pengukuran secara berkala, sekaligus bisa digunakan di seluruh jenis perairan Indonesia.

Hal itulah yang mendorong Noir Primadona Purba untuk menciptakan suatu alat pemantauan dan pengukuran karakteristik perairan berbasis teknologi digital sekaligus menjawab tantangan tadi.

Dosen di Departemen Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Bandung tersebut, berhasil menciptakan Arhea, akronim dari Advanced Drifter GPS Oceanography Coverage Area.

Arhea berupa tabung aluminium berwarna kuning sepanjang 1 meter berdiameter 144 milimeter dengan bobot sekitar 15 kilogram. Tabung dipasangi berbagai sensor, baterai, penyimpan data, global positioning system (GPS), serta sistem komunikasi lewat radio dan satelit.

Pada perairan terbuka atau tertutup, tabung itu akan mengapung karena dipasangi pelampung. Artinya, alat ini mengikuti parsel air kemana pun arus mengalir. Sekilas, cara kerjanya mirip pesawat nirawak atau drone, tapi bergerak di bawah air.

Alat ini juga dapat diaplikasikan untuk perairan tertutup seperti waduk, danau. Juga bisa dipakai untuk meneliti perairan sangat dangkal.

Selain itu, Arhea dapat pula menyelam hingga kedalaman maksimal 200 meter di bawah permukaan laut. Alat ini secara umum ditujukan untuk mengukur arus secara lagrangian.

Sebelum mencapai batas jarak terdalam, sensor akan memberi sinyal agar alat segera naik dengan dorongan mesin rotor yang dipasang di bagian dasar tabung. Arhea digerakkan oleh baterai isi ulang yang dapat diisi ulang tiap tiga bulan.

"Sampai di permukaan air, alat ini akan langsung mengirimkan data. Nantinya, setelah seluruh data terkirim dalam waktu 15-25 menit, maka Arhea akan kembali menyelam," ujar Noir dalam keterangan tertulis KTT AIS, Senin (9/10/2023).

Baca juga: Ini yang Dibahas dalam Pertemuan Tingkat Tinggi AIS Forum di Madagaskar

Pria kelahiran Pematangsiantar, 17 Januari 1982 itu menjelaskan, sensor yang dipasang disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya. Bisa untuk mengukur parameter atmosfer seperti suhu udara, kelembapan, dan tingkat polusi air.

Sementara parameter di dalam air seperti untuk mengetahui kondisi salinitas atau kadar garam air laut, derajat keasamaan (pH), suhu air, oksigen terlarut (DO), dan kekeruhan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com