Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AIS Forum, RI Kembangkan Drone Canggih Pemantau Kondisi Air Laut

Kompas.com - 09/10/2023, 14:40 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

Bahkan dapat memprediksi kawasan populasi ikan (fishing ground prediction) sekaligus memetakan areanya. Akurasinya mencapai di bawah 5 meter dari objek yang direkam di bawah permukaan air.

Arhea juga bisa difungsikan sebagai alat pengawasan kawasan lindung laut, sehingga dapat dipakai oleh instansi yang berhubungan dengan kelautan dan perikanan. Selain itu, alat ini dapat dilepaskan ke laut memakai perahu atau pesawat terbang.

Waktu pengukuran oleh sensor juga bisa diatur oleh pengguna, misalnya per 5 menit, 30, atau 60 menit. Data yang disimpan kemudian dikirimkan via satelit, lalu diterima oleh server di Pusat Data Kelautan Terintegrasi Unpad (Indonesia Sea-Padjadjaran Oceanographic Data Center).

Hasil pemantauan oleh sensor langsung ditayangkan secara real time di laman www.isea-pdoc.org.

Pengembangan Arhea dilakukan sejak 2016 oleh Laboratorium Riset kelautan (Maritime Research Laboratory/MEAL) Unpad bersama Institut Ilmu Kelautan (MSI) Universitas Filipina dan PT Robo Marine Indonesia.

Prototipe pertama diberi nama GPS Drifter Combined (Gerned), lalu berganti menjadi Arhea.

Arhea juga sudah menjalani serangkaian uji coba di sejumlah perairan Indonesia, di antaranya Pangandaran, Jawa Barat dan Pulau Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Arhea sudah pula diujicoba di perairan Suva, negara Fiji.

Saat dideklarasikannya Forum Negara-negara Pulau dan Kepulauan (Archipelagic and Island States/AIS) di Manado, Sulawesi Utara pada 1 November 2018, Arhea ikut diperkenalkan.

Alat ini langsung merebut simpati delegasi negara-negara peserta. Para pemangku kepentingan yang berhubungan dengan bidang kelautan dan perikanan langsung menyatakan minatnya untuk meminang Arhea.

"Ini membanggakan bagi kami karena alat ini hampir 80 persen bahan bakunya buatan dalam negeri dan Arhea diproduksi di Indonesia. Kecuali transmiter untuk pengiriman data ke satelit yang masih harus diimpor," jelas Noir.

Seiring dengan pemanfaatannya sangat baik terutama bagi negara-negara pulau dan kepulauan, pihak AIS Forum bersama organisasi Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) memberikan dukungan penuh, terutama dalam bentuk bantuan hibah pengembangannya.

Dukungan ini agar alat buatan putra-putri Indonesia tersebut dapat disematkan oleh lebih banyak lagi teknologi terbaru bidang kelautan untuk menjaga masa depan laut yang berkelanjutan.

Baca juga: Pemerintah Sepakat Tambah Impor Beras 1,5 Juta Ton

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com