Kolom Biz
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Port Logistics Community
Ir Tri Achmadi PhD
Dosen Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), anggota Port Logistic Community

Port Logistics Community adalah kelompok praktisi/narasumber ahli yang memiliki minat sama, serta tugas atau profesi yang berkaitan dengan kepelabuhanan dan logistik, yang berkumpul bersama untuk berbagi informasi, ide, dan solusi untuk tantangan yang dihadapi.

Selain Ir Tri Achmadi, PhD, tulisan dibuat bersama dengan anggota Port Logistics Community lainnya, yakni Prof Dr Ir Marcus Tukan, BSE, MT, Dr Hargo Utomo, MBA, Prof Dr Ir Sunaryo, MSc., Dr Ibrahim Kholilul Rohman, Rachmawati Wangsaputra, Ir MT, PhD.

Menakar Dua Tahun Penggabungan Pelindo dalam Mendukung Perekonomian Indonesia (Bagian 2)

Kompas.com - 14/10/2023, 11:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENGUTIP pilar ketiga dalam mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai poros maritim dunia, yaitu pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut, logistik, industri perkapalan, serta pariwisata maritim (Bappenas, 2016), Pelindo telah melakukan pengembangan Pelabuhan di beberapa lokasi.

Hal tersebut dapat dilihat dari langkah strategis Pelindo berupa investasi seperti pembangunan Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak. Pembangunan diharapkan dapat mendorong terintegrasinya pelabuhan dan kawasan industri sehingga mampu menciptakan efek domino pertumbuhan industri di kawasan Kalimantan dan mendorong program hilirisasi komoditas crude palm oil, karet, bauksit, dan alumina.

Apalagi, cadangan terbesar bauksit Indonesia terdapat di kawasan Kalimantan Barat. Ditambah lagi, saat ini sedang dibangun smelter pemrosesan bauksit yang akan menghasilkan alumina dengan lokasi smelter yang dekat dengan Terminal Kijing.

Baca juga: Menakar Dua Tahun Penggabungan Pelindo dalam Mendukung Perekonomian Indonesia (Bagian 1)

Contoh lain, pembangunan Jalan Tol Cibitung–Cilincing (JTCC) yang juga dilakukan oleh Pelindo. JTCC ini dapat mengambil peran sebagai prasarana konektivitas industri di Timur Jakarta dengan Pelabuhan Tanjung Priok sehingga akan meningkatkan mobilitas logistik Kawasan Cibitung–Cikarang ke Tanjung Priok serta mengurangi kemacetan arus logistik dari dan menuju ke Pelabuhan Tanjung Priok.

Pelindo juga melakukan investasi pada wilayah timur pulau Jawa melalui Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) sebagai showcase dalam pembangunan well-connected ecosystem yang terdiri dari kawasan industri, kawasan pelabuhan, dan hunian dengan konsep kota mandiri. JIIPE juga dilengkapi dengan konektivitas terintegrasi melalui transportasi multimoda, serta pelayanan perizinan satu pintu.

Pada pengembangan kawasan secara tematik, Pelindo tengah mengembangkan Pelabuhan Benoa melalui Bali Maritime Tourism Hub (BMTH). Pengembangan ini diperlukan agar dapat memberikan multiplier effect pada industri jasa pariwisata sehingga memberikan peluang bagi industri pariwisata untuk meningkat dan menjadi stimulan pertumbuhan ekonomi kawasan sebagai akibat dari pengembangan Pelabuhan Benoa yang memungkinkan lebih banyak kapal pesiar berlabuh.

Peran dalam mendukung konektivitas logistik selama fase Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) pun tampaknya turut dilakoni oleh Pelindo melalui kerja sama handling cargo dengan melakukan joint operation Pelabuhan Khusus Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang telah diawali dengan pelayanan perdana bongkar material pasir sejumlah 3.985 meter kubik oleh Pelindo Branch Pelabuhan Balikpapan.

Selanjutnya, untuk mendukung fase setelah pembangunan IKN, Pelindo telah berencana untuk mengembangkan terminal peti kemas miliknya, yaitu Terminal Kaltim Kariangau yang dapat mengakomodasi arus barang seiring dengan pertumbuhan kebutuhan IKN.

Kehadiran Pelindo dalam beberapa program integrasi kawasan industri dengan pelabuhan perlu diberikan apresiasi, tetapi realisasi integrasi tersebut perlu menjadi perhatian bersama yang selanjutnya dapat menjadi proven evidence bahwa integrasi kawasan industri dan pelabuhan memberikan dampak besar pada sistem logistik nasional.

Di sisi lain, selain pembangunan infrastruktur maritim, optimalisasi konsep Hub and Spoke dapat menjadi stimulan bagi program tol laut yang dikembangkan pemerintah sehingga aliran barang dapat dioptimalkan melalui jalur laut yang lebih murah seperti yang disampaikan oleh ekonom nasional Faisal Basri.

Sangat jelas, Pelindo memiliki peran penting dalam mendukung program penguatan konektivitas logistik, di antaranya melalui optimalisasi jaringan Hub and Spoke Nasional. Apalagi, melalui penggabungan, Pelindo seharusnya memiliki kendali strategis atas Pelabuhan di seluruh Indonesia yang menjadi kewenangannya. Namun, ini bukan hanya tugas Pelindo sendiri. Dibutuhkan kerja sama dan kolaborasi dengan berbagai pihak, misalnya Kementerian Perhubungan sebagai regulator dan Perusahaan Pelayaran sebagai mitra strategis. Hasilnya akan sangat menarik untuk dinantikan.

Pelindo dalam sinergi dan kolaborasi bisnis

"Penggabungan BUMN Pelabuhan sebagai salah satu strategi eternitas transformasi BUMN harus mampu menjadikan BUMN sebagai pelaku bisnis berkelas dunia yang memiliki penguasaan, jangkauan bisnis, dan pengelolaan melampaui batas-batas negara", ungkap Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Erick Thohir dalam Sidang Terbuka Senat Akademik Universitas Brawijaya.

Kolaborasi BUMN secara singkat akan memberikan informasi kepada masyarakat bahwa BUMN menghadirkan pelayanan yang terbaik sebagai hasil kolaborasi dari masing-masing entitas sesuai dengan expertise-nya. Misalnya, Pelindo dapat berkolaborasi dalam bentuk pengoperasian terminal untuk kepentingan sendiri (TUKS) dan terminal khusus (Tersus) serta pengelolaan kargo barang yang saat ini mungkin saja dilakukan juga oleh BUMN ataupun dengan pihak swasta domestik dan internasional lainnya.

Langkah awal Pelindo dalam upaya untuk mengembangkan konektivitas dengan global, tepatnya diwujudkan melalui kerja sama Pelindo dengan Konsorsium INA dan DP World yang akan mengembangkan Belawan New Container Terminal (BNCT) perlu diapresiasi.

Penanaman Modal Asing (PMA) langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) yang akan diperoleh dari kerja sama tersebut akan memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja yang cukup luas. Langkah strategis ini, ditambah kerja sama Pelindo dengan perusahaan pelayaran untuk menjadi gateway perdagangan dunia dengan menghadirkan sejumlah rute pelayaran baru, dapat menjadi contoh langkah ekspansi bisnis global BUMN.

Seluruh sinergitas dan kolaborasi yang dibangun Pelindo sejatinya dapat menciptakan peningkatan skala ekonomi perusahaan masing-masing yang berujung pada peningkatan shareholder value bagi Pemerintah Indonesia.

Kontribusi penggabungan Pelindo bagi perekonomian indonesia

Luasnya cakupan Pelindo pascapenggabungan yang mencapai nadi kehidupan pelabuhan kecil di seluruh negeri memposisikan transformasi Pelindo sebagai katalisator dalam logistik maritim.

Secara konkret, transformasi Pelindo dapat mengakselerasi proses perpindahan barang di pelabuhan yang memberikan dampak percepatan arus barang produksi di Indonesia dan menjadi titik simpul optimalisasi sumber daya di beberapa lokasi.

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Optimasi Rantai Suplai Indonesia (ORSI), yaitu pelabuhan merupakan katalis ekonomi bagi suatu daerah yang mereka layani sebagai pendorong integrasi industri ekonomi dan juga berperan sebagai aglomerasi jasa logistik sehingga dapat menciptakan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat yang lebih baik.

Faktanya, salah satu tujuan penggabungan Pelindo yang disampaikan oleh Presiden Jokowi pada Peresmian Penggabungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pelabuhan Indonesia (Persero) pada 2021 telah berhasil diwujudkan.

Berdasarkan perhitungan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) berkolaborasi dengan Kementerian Perekonomian, Badan Pusat Statistik (BPS), kalangan akademisi perguruan tinggi, dan para pelaku usaha yang melakukan kalkulasi ulang dengan mengeluarkan hasil bahwa biaya logistik di Indonesia pada 2022 mencapai 14,29 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), sementara pada 2018, Bank Dunia mencatat, biaya logistik di Indonesia masih 23,8 persen.

Biaya logistik tersebut dijelaskan rinciannya pada Seminar Peningkatan Kinerja Logistik Melalui Utilitas Layanan NLE di Hotel Borobudur, Selasa (10/10/2023) oleh Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan, Arif Toha dengan komponen terbesar dari biaya logistik tersebut adalah transportasi darat, diikuti perjalanan laut, warehousing, administrasi, dan transportasi udara.

Atas keseluruhan program transformasi yang telah dilakukan Pelindo, kinerja perusahaan pelat merah tersebut pada 2022 sebagaimana disampaikan pada laporan tahunan perusahaan, menunjukan nilai yang positif dengan kenaikan throughput peti kemas, arus barang, arus kapal, dan juga jumlah penumpang yang dilayani.

Tren positif kinerja pelabuhan memberikan dampak pada meningkatnya kontribusi Pelindo kepada negara melalui dividen, penerimaan Negara bukan pajak (PNBP), konsesi, dan pajak lainnya secara signifikan mencapai 53 persen yang sebelumnya Rp 4,7 triliun pada 2021 menjadi Rp 7,2 triliun pada 2022.

Dilihat dari hasil program transformasi Pelindo, peningkatan konektivitas, dan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi, sebagai bagian dari rantai logistik maritim, Pelindo dapat mengambil posisi sebagai rising star yang berkontribusi di dalam peningkatan kinerja logistik Indonesia.

Pada akhirnya, hal tersebut berdampak pada akselerasi pertumbuhan ekonomi secara nasional. Namun, Pelindo perlu melanjutkan program tersebut agar dapat menyeluruh dan dapat menjadi simpul logistik yang tepat bagi optimalisasi sumber daya di Indonesia.

Kolaborasi yang saat ini dilakukan perlu menjangkau lebih jauh lagi, terutama untuk integrasi antarmoda logistik dan kawasan industri sehingga peran pelabuhan sebagai simpul logistik dapat berjalan dengan optimal. Tentu saja, Pelindo tidak dapat bekerja sendiri. Diperlukan kolaborasi masing-masing pihak yang terkait khususnya bagi aliran barang, baik dari maupun menuju Pelabuhan.

Ke depan, melalui rangkaian langkah lanjutan transformasi bisnis dan standardisasi layanan operasional yang dilakukan Pelindo, harapannya, juga mampu mewujudkan inisiatif strategis dan inovatif, misalnya peningkatan integrasi pelabuhan dengan kawasan industri, kolaborasi dengan pelaku industri dan logistik dalam mendukung dan meningkatkan kargo bangkitan, dan berperan aktif dalam rantai logistik regional sehingga mampu memberikan dampak welfare kepada masyarakat di lingkungan sekitar pelabuhan. Lebih lanjut, diharapkan juga terwujudnya Layanan Satu Harga guna mendukung optimalisasi dan efisiensi biaya logistik nasional lebih jauh. Hal ini tentu saja membutuhkan dukungan dari pemerintah, pelanggan, asosiasi, serta pemangku kepentingan lainnya sehingga mewujudkan Pelindo sebagai akselerator pertumbuhan ekonomi Indonesia.

 


Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com