Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Potensi Cuan di Balik Misi Keberlanjutan "Green Energy"

Kompas.com - 07/12/2023, 09:00 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Misi keberlanjutan terus menerus digaungkan sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih melalui penurunan emisi karbon. Di sisi lain, misi keberlanjutan juga dinilai penting dalam menyikapi perubahan iklim yang pada ujungnya akan berdampak pada ekonomi dalam skala besar.

Dosen dan Peneliti Tetap Departemen Manajemen & Research Associate Lembaga Demografi FEB UI Anna Amaliah mengatakan, misi keberlanjutan dengan target yang ditetapkan pemerintah mengubah bentuk dan cara berpikir bisnis di Indonesia.

Seperti misalnya memanfaatkan dan memaksimalkan penggunaan bahan baku dalam produksi, sehinggaa limbah yang dihasilkan lebih sedikit, atau yang disebut dengan ekonomi sirkular.

KLHK punya peran besar terhadap NDC bahwa tahun 2060, Indonesia sudah harus zero waste. Ini juga akan membuat bisnis berubah cara berpikirnya. Pemerintah kita sudah mempersiapkan struktur untuk mendukung misi keberlanjutan ini,” kata Anna dalam CEO Goes to Campus “Sustainable Class – Powering the Future: Innovations for a Sustainable Mission” di Jakarta, Rabu (6/12/2023).

Baca juga: Fokus Green Energy, SIG Tingkatkan Penggunaan Biomassa Menjadi 2,7 Juta Ton

Namun, di sisi lain, dengan infrastruktur yang hampir berjalan dengan sempurna, nyatanya implementasi di tingkat masyarakat dalam mendukung hal tersebut dinilai masih kurang, dan butuh pemahaman lebih lanjut.

Belum lama ini, pemerintah telah meluncurkan bursa karbon, yang mana hingga saat ini perdagangan bursa karbon masih lesu.

Padahal ada banyak potensi dari karbon kredit. Tak sampai situ, pemerintah juga berencana menerapkan pajak karbon kedepannya, dengan tujuan yang sama, yakni penurunan emisi GRK.

“Pemerintah sudah mempersiapkan infrastruktur untuk pasar karbon di Indonesia. Soal karbon tax, Indonesia sudah siap. Nanti, pajak untuk perushaaan penghasil emisi (besar) akan lebih tinggi, sementara perusahaan yang emisinya lebih rendah akan mendapatkan insentif,” jelas Anna.

“Sedikit orang yang sadar bahwa ini sangat menguntungkan. Di Eropa, banyak yang mendapatkan keuntungan dari karbon kredit. Ini oportunity-nya sangat besar,” tambah dia.

Baca juga: PLN dan HDF Energy Kerja Sama Pengembangan Pembangkit Listrik Hidrogen

Upaya PLN: pensiun dini batu bara

Executive Vice President Aneka Energi Baru Terbarukan PT PLN (Persero) Zainal Arifin mengatakan, implementasi misi keberlanjutan memang memiliki dampak yang sangat besar bagi PLN.

Dampaknya yaitu PLN harus melakukan pensiun dini bagi PLTU batu bara, dan menggantinya dengan energi yang lebih ramah lingkungan.

“Di PLN inovasi yang kami lakukan sudah cukup lama. Kami memiliki 400 inovasi dalam mendukung green energy. Inovasi yang kami lakukan mulai dari memperbaiki troubleshooting dengan lebih cepat, murah, dan juga inovasi terkait sustainability,” ujar Zainal.

“Kami juga menghadapi tantangan bisnis di mana saat ini, isu transisi energi cukup tinggi. Kami mencoba menemukan formula apa yang harus dikembangkan,” lanjut dia.

Baca juga: Tak Hanya Cirata, RI Mau Kembangkan Potensi PLTS Terapung Capai 14 GW

 


Untuk mendukung misi keberlanjutan, PLN mengembankan teknologi yang green dan low carbon. Seperti mendirikan PLTS Floating Cirata yang awalnya didesain sebagai PLTS apung terbesar nomor 3 di dunia, kini menjadi yang terbesar nomor 2 di dunia. Awalnya PLTS Floating Cirata didesain berkapasitas 145 MW, kini menjadi 192 MW.

“Ini terobosan terbesar kita, dan kedua (terbesar) di dunia. Ini akan banyak lagi yang seperti itu, misalnya biomass cofiring. Karena selama ini listrik dipasok dari PLTU berbahan bakar batu bara, ini musuh terbesa karena emisinya tinggi. Kami mengkonversi biomassa pengganti fosil,” jelas Zainal.

Biomass Cofiring juga dapat diartikan pencampuran biomassa dengan batu bara pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Untuk bisa menyuplai biomassa dibutuhkan sekitar 9 juta ton biomassa.

“Ini bisnis baru yang bisa menggerakkan ekonomi masyarakat,” tambah dia.

Baca juga: Implementasi Co-Firing di PLN Hasilkan 575,4 GWh Listrik Bersih

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com