Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Tarik Utang Baru Rp 407 Triliun Sepanjang 2023

Kompas.com - 02/01/2024, 17:38 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, realisasi pembiayaan utang negara mencapai Rp 407 triliun sepanjang 2023. Nilai ini lebih rendah dari target yang telah ditetapkan pemerintah.

Bendahara negara menjelaskan, pemerintah sebenarnya menetapkan alokasi penarikan utang baru untuk pembiayaan APBN 2023 mencapai Rp 696,3 triliun. Bahkan, alokasi itu telah direvisi ke bawah lewat Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2023 menjadi Rp 421,2 triliun.

Dengan berbagai alokasi yang ditetapkan tersebut, berarti realisasi penarikan utang baru pemerintah lebih kecil dari target. Jika dibandingkan target APBN 2023, realisasi utang pemerintah setara 58,4 persen, sementara berdasarkan Perpres 75 realisasinya setara 96,6 persen.

Baca juga: Sri Mulyani: Pemerataan Infrastruktur Ada di Mana-mana

"Dengan adanya penerimaan negara yang baik, pajak, bea cukai, dan PNBP tadi selama 3 tahun terakhir, dan belanja kita yang tetap kita dukung secara optimal kita lihat target pembiayaan kita menjadi menurun," tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers Realisasi APBN 2023, di Jakarta, Selasa (2/1/2024).

Selain itu, realisasi penarikan utang pemerintah sepanjang 2023 lebih rendah dari tahun sebelumnya. Sri Mulyani menyebutkan, realisasi pembiayaan utang dalam APBN 2023 turun 41,5 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp 696 triliun.

"Dibandingkan tahun 2022, di mana pembiayaan utang mencapai Rp 696 triliun, itu berarti tahun 2023 kemarini ini pembiayaan turun, drop 41,5 persen," ujarnya.

Baca juga: Sri Mulyani: Defisit APBN 2023 Mencapai Rp 347,6 Triliun

Jika dilihat berdasarkan komposisinya, pembiayaan utang pemerintah didominasi oleh penerbitan surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 308,7 triliun setara 70,5 persen dari target teranyar pemerintah. Nilai tersebut turun 53,1 persen dari tahun sebelumnya.

Sementara itu, utang pemerintah yang berasal dari pijaman nilainya sebesar Rp 98,2 triliun. Berbeda dengan SBN, realisasi pembiayaan dari pinjaman jauh lebih tinggi dari alokasi pemerintah, yakni 591 persen dari target, juga lebih tinggi 164 persen dari tahun sebelumnya.

"Secara overall, SBN neto drop 53 persen, tapi pinjaman neto agak naik," ucap Sri Mulyani.

Baca juga: Pemerintah Pastikan Utang Digunakan untuk Pembangunan PSN Secara Optimal

Sebagai informasi, dalam berbagai kesempatan Sri Mulyani sempat menyebutkan, pemerintah berupaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap pembiayaan utang, khususnya melalui SBN.

Hal itu dilakukan sebagai respons terhadap situasi global yang dibayang-bayangi oleh tingkat suku bunga acuan tinggi. Penekanan penerbitan utang baru dilakukan untuk meminimalisir beban utang pemerintah ke depan.

Baca juga: Perjalanan Utang Pemerintah selama 2014-2023 hingga Tembus Rp 8.000 T

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com