Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Olivia Bangun Pabrik Cokelat yang Sehat hingga Tembus Ekspor ke Eropa

Kompas.com - 05/01/2024, 10:30 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berawal dari keresahannya sebagai penikmat cokelat yang tak pernah puas mendapatkan produk yang berkulitas baik di Bali, Olivia Putri bersama partnernya Rolf, merintis usaha cokelat dengan merek Ubud Raw Chocolate & Cacao. 

Olivia yang saat ini menjabat sebagai Co-Founder Ubud Raw menceritakan usaha yang dibangun pada tahun 2015 yang lalu ini didirikan tidak menggunakan modal yang besar. Hanya berlandaskan keinginan untuk  mendapatkan cokelat yang berkulitas baik dan sehat, serta ikut peduli dengan lingkungan, menjadi modal mereka memproduksi cokelat batangan dan cokelat bubuk untuk minuman. 

“Dulu saat kami di Bali, kami merasa tidak ada cokelat yang enak dan berkulitas sehat, jadi kami memutuskan untuk membuat cokelat sendiri. Selain itu kami juga sangat concern dengan penggunaan plastik sehingga cokelat kami tidak menggunakan packingan yang plastik ketika customer ingin beli, bawa paper bag sendiri,” ujarnya kepada media saat ditemui di Bali belum lama ini. 

Baca juga: Cerita Keeper Harimau di Taman Safari yang Gajinya Setara Harga Motor Ducati

Sempat berfikir akan kehilangan pelanggan lantaran harus direpotkan membawa paper bag sendiri, malah justru sebaliknya. Konsep ramah lingkungan itu menjadi jurus kunci Ubud Raw Chocolate & Cacao semakin banyak dilirik oleh pelanggan. 

Apalagi Bali terkenal dengan wisatawan mancanegara yang rata-rata sangat peduli dengan lingkungan, membuat usaha cokelat itu kian digandrungi. 

“Keresahan itu ternyata menjadi peluang kami karena jarang ada bisnis yang memang benar-benar konsen terhadap kualitas hingga environmental impact. Sehingga customer kami memiliki kepercayaan atau Trust yang tinggi terhadap produk yang kami hasilkan,” katanya. 

Baca juga: Pantas Saja Rokok Ilegal Digemari, Harganya Murah, yang Jualan Pun Cuan

 


Olivia mengatakan, produk cokelatnya itu dibuat menggunakan biji kakao yang difermentasikan tanpa proses pemanggangan sepert produk cokelat lainnya. 

Selain itu produk cokelatnya menggunakan pemanis dari gula kelapa yang kandungannya lebih rendah daripada gula putih. Hal itulah yang membuat produk cokelatnya sehat dan rendah lemak. 

Produknya itu pun berhasil tembus ke pasar global, seperti Eropa, Australia, dan Afrika Selatan. 

Sebulan mereka memproduksi sekitar 3 ton cokelat. Dari jumlah tersebut, 60-70 persen penjualan untuk pasar dalam negeri, sedangkan 30-40 persen sisanya untuk pasar ekspor.

Sementara untuk omzetnya mencapai Rp 300 jutaan tiap bulan. 

Baca juga: Cerita Luhut Mengenang Rizal Ramli, Kerap Debat Kencang Saat Rapat Kabinet, tapi Tetap Jadi Sahabat Karib

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com